Risalah Balasan
Dan Ganjaran Setimpal
Bagian 42 ~ Cerita
màn
|
qí
|
xiān
|
shēng
|
|
慢
|
其
|
先
|
生
|
。
|
Cerita 1 :
Pada masa Dinasti Song, You Zuo dan Yang Shi sama-sama
berguru pada Cheng Yi. Suatu hari mereka berdua pergi menemui sang guru, kebetulan
saat itu Cheng Yi sedang duduk sambil memejamkan mata membina diri, You Zuo dan
Yang Shi berdiri di samping guru, dengan sikap hormat menunggu, setelah lama
kemudian Cheng Yi perlahan membuka sepasang matanya, pada saat itu salju di
depan pintu tebalnya sudah mencapai satu kaki. Namun di wajah kedua murid
tersebut sama sekali tidak tampak lelah dan jenuh, malah terhadap gurunya
mereka semakin bersikap hormat dan mawas diri. Akhirnya mereka memperoleh
warisan ajaran dari gurunya, bersama-sama meneruskan dan menyebarluaskan ajaran
kebajikan di dunia.
Cerita 2 :
Yue Fei dari Dinasti Song, gurunya adalah Zhou
Tong, dapat menarik busur panah yang beratnya 150 kg. Setelah Zhou Tong
meninggal dunia, setiap bulan lunar hari ke-1 dan 15 Yue Fei akan mempersiapkan
perlengkapan sembahyang, bersujud di hadapan kuburan dan menyembahyangi gurunya.
Bahkan setelah selesai memanah tiga kali dengan menggunakan busur pemberian
gurunya, barulah pulang rumah.
Cerita 3 :
Jaman dahulu
kala terdapat sebuah keluarga petani yang melahirkan seorang putra, petani ini
berniat mengundang seorang guru untuk mendidik anaknya, namun dia memperlakukan
guru anaknya dengan sangat keterlaluan, selain tidak tahu menghormati guru,
juga tidak memberi makanan yang layak buat guru, gaji yang amat rendah,
meskipun guru telah mengerahkan segenap usaha untuk mendidik anaknya, bahkan
waktu untuk mengajar itu sangat lama; lalu kemampuan si anak untuk membaca
artikel orang lain masih lumayan, tetapi diri sendiri tidak sanggup
menghasilkan karya tulis meskipun hanya selembar artikel. Ini juga sungguh
mengherankan! Akhirnya anak ini juga serupa dengan ayahnya, bercocok tanam di
sawah.
Cerita 4 :
Jaman dahulu kala ada seorang guru marga Wang, giat
mendidik anak-anak bahkan tidak mempersoalkan berapa besar uang sekolah yang
diterimanya. Bahkan selalu berkata pada orang lain : “Langit, Bumi, Pemimpin
Negara, Ayahbunda dan Guru adalah berdiri secara berdampingan! Maka itu asalkan
ada seorang anak yang mengakui diriku sebagai gurunya, maka sepanjang hidupnya,
keberhasilan atau kegagalan, kejayaan atau terhina, sebagai guru saya memiliki
tanggung jawab pada nya!
Maka itu apabila sebagai guru tidak mengerahkan
segenap usaha untuk mendidik murid-muridnya, malah sebaliknya mencelakai masa
depan sang anak, maka dosa ini beratnya adalah serupa dengan membunuh nyawa
manusia!”
Guru Wang juga suka bercerita pada anak-anak
muridnya, beliau berkata bahwa insan yang mengejar ilmu pengetahuan, terlebih
dulu harus meluruskan hati dan pikiran sendiri, kemudian barulah belajar sastra
dan seni; terlebih dulu harus menunaikan kewajiban diri dengan baik, barulah
kemudian melakukan kebajikan; umpamanya ada orang yang melalaikan kewajibannya
dalam berbakti maupun jalinan persaudaraan, meskipun amat berbakat, juga tidak
pantas dihargai!
Guru Wang pada saat lanjut usia memperoleh seorang
putra dan putranya ini kelak adalah Wen Kang, seorang novelis yang tersohor,
semua orang berpendapat bahwa ini adalah balasan atas kebajikan Guru Wang dalam
mendidik anak-anak muridnya dengan baik!
Analisa Lanjutan :
Dalam era sekarang ini, dunia pendidikan sudah
sampai pada taraf yang memprihatinkan dan menyayat hati! Sebagai guru tidak
tahu akan dosa karena tidak mendidik dengan baik sehingga menelantarkan masa
depan anak-anak muridnya! Jaman dulu ada seorang insan terpelajar, sampai usia
lebih dari 60 tahun, dia berkata pada istrinya : “Sepanjang hidupku meskipun
tidak bisa kaya raya, namun masih lumayan bisa memperoleh pekerjaan di dunia
pendidikan, barulah bisa membangun keluarga dan berkarir!”
Setelah menyelesaikan ucapannya, pada malam hari
dia bermimpi mendiang ayahnya datang memarahinya : “Di dalam garis hidupmu,
sesungguhnya kamu bisa mendapat gelar sarjana! Tetapi karena kamu melalaikan
tanggungjawab sebagai guru, tidak mengerahkan segenap usaha, bahkan selalu
malas saat bertugas, Dewa Wen Chang telah menghapus namamu dari daftar nama
sarjana, kamu bukannya tidak tahu malah masih membanggakan diri sendiri!”
Setelah membaca berbagai perumpamaan di atas,
ketahuilah bahwa dosa dari menelantarkan anak didik sungguh mengerikan!
集福消災之道
(四十二)
慢其先生。
故事一:
宋朝的游酢、楊時,兩人一同拜在程頤的門下做學生;有一天,兩人一齊去拜見老師,程頤偶然閉目瞑坐,游酢、楊時就站在老師身旁,恭敬的等候,而且等了很久;程頤醒了之後,這時候門外的雪,已經積了一尺多深了。而兩人的臉上,則毫無一點的倦容,對老師的執禮,更是愈加的恭敬謹慎。後來兩人都得到老師學問的真傳,共同將濂洛之學弘揚於天下。
故事二:
宋朝的岳飛,他的老師周同,能夠拉三百斤的大弓;周同死了以後,岳飛每到初一十五的時候,必定準備好了祭品,在老師的墓前跪拜哭泣;並且將老師送給他的弓,射了三箭之後,才返回家中。
故事三:
從前有戶農家,生了一個兒子,這位農人想請老師教他孩子把書讀好的心,非常的殷切;但是他對待孩子的老師,則是太過份了,不懂得尊敬老師的道理;給老師吃的不好,盡是些不營養的食物;學費也給的很低,老師雖然非常盡心盡力的教這孩子,而且教的時間也很久;然而這孩子閱讀他人所做文章的能力還不錯,可是自己做起文章來,則是一無是處,這也是真奇怪啊!後來這孩子還是跟他父親一樣做農夫了。
【再析】
事奉老師的道理和方法,應當就像子弟事奉父親一樣,走路的時候,要跟隨在老師的後面;坐的時候,應該坐在老師的座旁;路上遇到老師,則要正立著,向老師拱手問候;老師講話的時候,則應該傾耳虛心的聆聽;縱然是遇到了災難憂患,也不能夠改變;無論是吉凶禍福,都要跟老師同甘共苦;老師在生的時候,事奉老師在禮節上,不能夠有半點的虧失;老師過世之後,則要為老師守三年的心喪;能夠做到這樣,則可以算是盡到弟子事奉師長的禮節了。
故事四:
從前有位王老師,訓誨教導啟蒙的兒童,非常的盡心盡力,而且不計較學費的多少。並且常對人說:「天地君親師,這五個是並列在一齊的啊!所以只要小孩拜我為老師,那麼他終身的成敗榮辱,我這做老師的都有責任啊!所以老師若是不能盡心盡力的教導子弟,反而誤人子弟的話,那麼這個罪過,就跟庸醫殺人的罪過,是一樣的重啊!」王老師又喜歡為小孩講孝悌的故事,他說:「求學問的人,先要端正自己的心術,而後才學習文藝,先要把自己本分做好,而後才施仁;例如一個人在孝悌方面有所虧欠的話,縱然他的才華蓋世,也是不值得重視啊!」王老師晚年得子,而這個兒子就是文康公,大家都以為:這是他善教子弟所得到的好報啊!
【再析】
近來師道愈來愈淪落了,甚至淪落到了令人痛哭浩歎的地步啊!為人師表,不知道,也不曾去想誤人子弟的罪過,必定會遭到神明的譴責!從前有一位讀書人,到了六十多歲的時候,跟他的妻子說:「我這一生,雖然不能夠發達,但是有幸得到了一個很好的教書職務,才得以成家立業啊!」講完之後,晚上就做了一個夢,夢到他的父親責罵他說:「你的命,本來應該是可以考取功名的!只因為你擔任教學職務,不能盡心盡力,而且還偷懶曠職,文昌帝君已經削去了你的功名,你卻不知道,還在那裡自鳴得意的誇口呢!」唉!看到了這個例子,就知道誤人子弟的罪過,實在是非常的危險啊!
節錄自:
集福消災之道—感應篇彙編白話節本(卷二)