Risalah Balasan
Dan Ganjaran Setimpal
Bagian 41 ~ Cerita
àn
|
wǔ
|
jūn
|
qīn
|
|
暗
|
侮
|
君
|
親
|
。
|
Cerita 1 :
Pada masa Dinasti Ming, Kaisar Xuan Zong amat
menyukai puisi, seringkali menyuruh para pejabat untuk berbalas pantun
dengannya; ada seorang pejabat yang terpelajar mengira bahwa dirinya amat
berbakat dan hebat, setiap kali setelah menerima titah dari kaisar untuk membuat
puisi balasan, dia akan berkata : “Puisi hasil karyaku sungguh berbobot dan
hebat! Kaisar bukan saja tidak mampu membuatnya, bahkan juga tidak paham akan
sisi yang menakjubkan dari puisi karyaku!”.
Tidak berapa lama kemudian pejabat terpelajar ini
oleh karena aksara di dalam puisinya ada yang melanggar larangan pihak istana,
lagi pula ucapannya mengandung ejekan; maka itu kaisar menurunkan titah
menghapus nama baiknya dan dipecat dari jabatannya secara tidak hormat.
Cerita 2 :
Pada Periode Tiga Kerajaan, di Negara Wu terdapat
seorang pelajar tersohor yang bernama Gu Ti. Setiap kali dia menerima kiriman
surat dari ayahnya, dia akan membacanya dengan sikap berlutut, bahkan segera
membalasnya, menjawab isi surat ayahnya; andaikata ayah sedang sakit, Gu Ti
akan membaca surat sambil menangis, kesedihannya tak terungkapkan dengan
kata-kata!
Juga Fan Xuan dari Dinasti Jin, saat berusia 8
tahun, tiba-tiba ujung jari telunjuknya terluka dan dia menangis tersedu-sedu.
Orang lain jadi bertanya padanya : “Apakah benar jarimu begitu kesakitan?” Sambil
terisak Fan Xuan menjawab : “Saya bukan menangis karena kesakitan! Tetapi oleh
karena tubuh jasmani ini adalah pemberian ayahbunda, maka itu tidak berani
melukainya, barulah saya jadi begitu bersedih hati!”
Di kemudian hari Gu Ti dan Fan Xuan memperoleh
kedudukan yang amat mulia dan berjaya.
Cerita 3 :
Pada jaman dahulu kala hiduplah dua orang
bersaudara, setiap periode lima hari, mereka akan bergantian menjaga ibundanya.
Abang lebih miskin sedangkan adik lebih mampu; ketika giliran abang yang
menjaga ibunda, saking miskinnya hingga bubur pun tidak mampu diberikan kepada
sang bunda.
Suatu kali ketika giliran si sulung yang menjaga
ibunda selama lima hari, oleh karena kekurangan bahan pangan, lalu dia
menyampaikan hal ini dan meminta ibundanya untuk tinggal sementara waktu di
rumah adiknya, di kemudian hari dia akan menambal sisa dua hari tersebut.
Setelah ibundanya mendengar ucapan si sulung,
segera berkemas pindah ke rumah si bungsu, lalu memberitahukan maksud si sulung
kepada si bungsu, si bungsu segera menyuruh istrinya agar nasi yang ada segera
disembunyikan, menolak dengan tegas keputusan yang dibuat oleh abangnya.
Bunda yang merasa sungguh tak berdaya, dengan isak
tangis kembali ke rumah putera sulungnya, pada saat itu tiba-tiba di angkasa
petir menggelegar lalu menyambar si bungsu dan istrinya yang tewas seketika!
集福消災之道
(四十一)
暗侮君親。
故事一:
明朝的宣宗皇帝,非常喜好詩詞歌賦,經常命令朝中的大臣附和;有位學士自以為才氣很高,他每次應制奉命做完詩的時候,就說:「我所做的詩,實在是太好了啊!皇帝不但是做不出來,而且也看不懂其中的奧妙啊!」沒有多久,這位學士就以詩字觸犯了皇室的廟諱,而且講話涉及譏諷;因此就被皇帝處以不敬的罪名,而奪掉了他的官職。
故事二:
三國時代,吳國有位名叫顧悌的名士,每次接到父親的來信,他都是跪著恭讀,而且還逐句的應諾,回答父親在信中的問話;若是父親有病,顧悌就會對著父親的信哭泣,傷心的話都說不出來!又晉朝的范宣,八歲的時候,偶然傷到了手指頭,就大哭起來。人家就問他說:「真的有那麼痛嗎?」范宣哭著說:「我不是因為痛而哭啊!而是因為身體髮膚受之父母,不敢毀傷的緣故,所以我才感到悲痛啊!」這兩位先生,後來的地位,都是非常的貴盛顯赫。
故事三:
從前有兩位兄弟,每隔五天,就輪流的供養母親一次。哥哥比較窮,而弟弟較有錢;哥哥供養母親的時候,甚至窮得連稀飯都供養不出來;有一次,在他輪到的五天中,因為缺了兩天的食物,就向母親報告,請母親暫且先住弟弟家中,以後他會再補過來這兩天的供食;母親聽了之後,就前往弟弟的家中,把哥哥的意思告訴了弟弟;弟弟就叫妻子把飯藏起來,堅決的拒絕哥哥所做的決定,母親感到非常的無奈,就掉著眼淚回到哥哥家中,這時候,忽然天空中雷電交加,當場就把弟弟夫妻二人給打死了!
節錄自:
集福消災之道—感應篇彙編白話節本(卷二)