Risalah Balasan
Dan Ganjaran Setimpal
Bagian 22 ~ Cerita
jīn
|
gū
|
xù
|
guǎ
|
|
jìng
|
lǎo
|
huái
|
yòu
|
|
矜
|
孤
|
恤
|
寡
|
,
|
敬
|
老
|
懷
|
幼
|
。
|
Cerita 1 :
Pada masa Dinasti Zhou, di Negara Lu
ada seorang wanita, ketika Negara Qi menyerang Negara Lu, dalam kekacauan
peperangan dia melepaskan bayi yang ada dalam gendongannya, malah menggendong
bayi lain yang sedang digandengnya. Prajurit Negara Qi yang melihat tindakan
wanita Negara Lu ini, merasa amat heran; maka itu bertanya padanya : “Kamu membuang
bayi yang ada dalam gendonganmu, bayi yang kamu buang itu memiliki hubungan apa
denganmu?”
Wanita itu menjawab : “Dia adalah anak
kandungku!”
Prajurit Negara Qi bertanya lagi : “Lalu
siapa pula bayi yang sekarang ada di gendonganmu?”
Wanita itu menjawab lagi : “Dia adalah
anak abangku”.
Prajurit Negara Qi semakin penasaran
dan bertanya : “Kenapa kamu malah membuang anak kandung sendiri dan malah
menggendong anak abangmu?”
Wanita itu menjawab : “Bagi seorang
ibunda, anak kandung merupakan cinta kasih individu; tetapi keponakan bagi
seorang bibi merupakan kebenaran, andaikata saya mengabaikan kebenaran demi
cinta kasih individu, menelantarkan anak yatim piatu yang ditinggalkan abang,
ini adalah hal yang tidak sudi kulakukan!”
Mendengar ucapan wanita tersebut,
prajurit Negara Qi berkata : “Tidak diduga di daerah pinggiran Negara Qi ternyata
masih ada wanita yang menjalankan kebenaran, apalagi raja Negara Qi?. Setelah
menyelesaikan ucapannya lalu menarik mundur pasukan dan pulang kembali ke
Negara Qi, takkan lagi menyerang Negara Lu.
Raja Negara Lu yang mendengar kejadian
ini, menghadiahkan banyak barang berharga kepada wanita tersebut, bahkan
memberinya gelar “Wanita Kebenaran Negara Lu”.
Analisa Lanjutan :
Seorang wanita dari Negara Lu, dapat
melepaskan cinta kasih individu dan malah melindungi buah hati warisan
abangnya, bahkan karena satu kalimat ucapannya telah melindungi keselamatan
Negara Lu dan menghindarkan terjadinya bencana peperangan.
Cerita 2 :
Yang Da-nian pada usia 20 tahun
berhasil lulus ujian sarjana negara, menjadi rekan kerja dengan Zhou Han dan
Zhu Ang yang telah lanjut usia. Yang Da-nian suka mengejek mereka, Zhou Han bermaksud
menasehati Yang Da-nian : “Anda janganlah mengejek karena usia kami yang sudah
tua, suatu hari nanti kamu juga akan serupa menjadi tua”. Zhu Ang menggelengkan
kepala dan berkata pada Zhou Han : “Sudahlah, jangan menasehatinya! Daripada
nanti kita diejeknya lagi!”
Akhirnya Yang Da-nian meninggal dunia
dalam usia muda.
Analisa Lanjutan :
Pepatah mengatakan bahwa dengan
menghormati orang usia tua maka diri sendiri juga dapat hidup hingga usia tua. Perlu
diketahui bahwa lansia memiliki pengalaman hidup yang banyak, dapat hidup
hingga usia tua boleh dikatakan panjang umur dan panjang umur merupakan berkah pertama
dari Lima Berkah! Ini patut dihormati oleh orang usia muda, mana boleh
memandang rendah pada lansia?
Tetapi masyarakat malah memperlakukan
lansia yang oleh karena penglihatannya sudah kabur, pendengarannya tuli, pikun,
gerakannya tidak leluasa; maka lansia jika tidak dibenci, maka akan dipandang
rendah, siapa yang sudi menghormati lansia?
Melihat perumpamaan kisah Yang Da-nian
yang merendahkan lansia, semoga bagi mereka yang berusia muda yang memandang
rendah pada lansia, dapat memperbaiki diri dan menyesalinya, memelihara
ketulusan di dalam hati; setiap kali bertemu lansia, harus membangkitkan hati
yang setara, tak peduli dia itu kaya atau miskin, menghormati mereka dengan
setara, maka diri sendiri kelak juga akan memiliki umur panjang!
Jangan pernah memandang rendah pada
lansia karena akan mengurangi pahala dan usia diri sendiri!
Cerita 3 :
Wang Bin pada usia muda, tubuhnya
dijangkiti banyak penyakit, bahkan penyakitnya juga kritis. Dia berpikir dalam
benaknya : “Kondisi tubuhku begitu parah, hidupku pasti takkan lama lagi!”
Sejak itu setiap bertemu lansia, dia
akan bersikap sangat hormat, bahkan mengkagumi mereka; setiap lansia yang
melewati pintu depan rumah Wang Bin, meskipun statusnya miskin, Wang Bin pasti
akan berdiri dan memberi hormat; ketika berjalan dan bertemu lansia, maka Wang
Bin akan membiarkan lansia jalan duluan.
Kemudian penyakit Wang Bin
berangsur-angsur sembuh, kondisi tubuhnya juga semakin kuat, usianya mencapai
93 tahun.
Cerita 4 :
Pada masa Dinasti Sui, ada seorang
Bhiksu yang usianya melewati seratus tahun, dia menyelami makna dari Saddharma
Pundarika Sutra, pernah berkata pada orang banyak : “Saya menghormati lansia,
serupa dengan menghormati ayahbunda sendiri, meladeni mereka serupa dengan
meladeni Bodhisattva; setiap hal yang sanggup saya lakukan, pasti akan
mengerahkan segenap kemampuan untuk mewujudkannya. Hari ini saya dapat
menguasai Buddha Dharma, bahkan memperoleh usia yang panjang, ini dikarenakan
menghormati lansia! Maka itu kalian tidak boleh memandang rendah dan menghina
lansia, ini akan mengurangi pahala dan usia!
Harus diketahui bahwa ketenaran dan
keuntungan di dunia ini adalah ibarat mimpi, khayalan, gelembung sabun dan
bayangan, hanya satu petikan jari sudah berlalu; kalian harus tercerahkan,
jangan biarkan ketenaran dan keuntungan dunia ini mengikatmu; memulai melatih
diri dari memperbaiki tabiat sendiri; jika tidak demikian maka sia-sia saja
datang ke dunia ini, melewati kehidupan manusia yang bernilai ini dengan
sia-sia!
Terhadap ajaran para Buddha yakni “Semoga
usiaku panjang, giat mengamalkan semua kebajikan; semoga berkah kebajikanku rimbun,
membantu semua orang secara meluas”, bila terlewatkan maka akan sungguh
disayangkan!
Andaikata anak muda hanya tahu
mengandalkan kepintaran dan bakat sendiri, memandang rendah dan menghina orang
tua; tidak tahu bahwa usia panjang adalah karunia Tuhan dan pahala sendiri, dan
lagi orang tua merupakan obyek yang dihormati oleh kaisar suci, meskipun anak
muda mempunyai kemampuan yang hebat, tetapi sulit dikatakan bisa hidup hingga serupa
usia lansia!”
集福消災之道
(二十二)
矜孤恤寡,敬老懷幼。
故事一:
周朝的時候,魯國有一位婦人,當齊國攻打魯國的時候,在兵荒馬亂之中,她就拋棄了懷中所抱的嬰兒,而抱起了另外手中牽著的孩子。齊國的軍隊看到了這位魯國婦人的行為,感到很奇怪;就問她說:「你把原先懷中所抱的孩子丟掉,那個丟掉的孩子是你什麼人啊?」婦人回答說:「他是我親生的孩子!」齊軍又問:「那麼你現在手中所抱的孩子,又是誰呢?」婦人說:「他是我哥哥的孩子。」齊軍又進一步的追問道:「你為何丟棄了自己親生的孩子,而卻抱起了你哥哥的孩子呢?」婦人回答說:「兒子對母親而言,是屬於私愛;但是姪子對於姑姑來說,則是屬於公義;我若是違背了公義而偏向了私愛,這樣就斷絕了哥哥所留下的孤兒,這是我所不願意做的啊!」齊國的軍隊聽了這位婦人的解釋,就說道:「魯國的郊外,居然還有婦人在持節行義,更何況是魯國的國君呢?」說罷就撤退了軍隊,返回齊國,不再攻打魯國了。魯國的國君聽到了這件事情,就賞賜了這位婦人許多的財物,並且稱她為魯義姑。
【再析】
魯國的一位婦人,能夠放棄了私愛而存活了哥哥的遺孤,而且因為她的一句話,就保住了魯國國家的安全,免除了一場戰爭。然而現在所謂的鬚眉男子,遇到國家危難的時候,反而違背道義,茍且偷生;看到魯義姑的行為,能不感到慚愧嗎?
故事二:
楊大年二十歲的時候,就考中了狀元,與周翰、朱昂是同事,周翰、朱昂兩人的年紀都已經很老了;而楊大年卻經常的輕視侮辱他們,周翰就想勸楊大年說:「你不要欺侮我們老了,總有一天你也會老啊!」朱昂則搖著頭跟周翰說:「別去說他了,別去說他了!免得又再被他侮辱啊!」楊大年果然在壯年的時候就死了。
【再析】
俗話說:「敬老得老」,須知老人的閱歷久而且多,能活到那麼大的年紀,可說是長壽了,何況長壽是五福中的第一福啊!這正是值得年輕人效法尊敬都來不及了,怎麼可以輕慢老人呢?但是世人卻因為老人眼花,老態龍鍾,行動不便;不是討厭,便是欺侮,誰肯小心的尊敬事奉老人呢?看了楊大年欺侮老人而早死的例子,希望不尊敬老人的年輕人,能夠幡然的改過懺悔,心存厚道;凡是遇到老人,要存平等心,不論他是富貴或是貧賤,都要平等的尊敬,那麼自己將來也能夠長壽啊!千萬不可欺侮老人,那會折損了自己的福報和壽命啊!
故事三:
王彬少年的時候,身體多病,而且還病得不輕。自己心想:「我的身體那麼差,一定活不久啊!」從此之後,凡是見到了老人,他都非常的恭敬,而且羨慕他們;經過王彬家門口的老人,身分雖然貧賤,王彬也必定起立向他致敬;王彬走路的時候,遇到老人,也一定會讓路給老人先走。後來王彬的病就漸漸的好了,氣力也愈來愈壯,竟然活到了九十三歲。
故事四:
隋朝的時候,有一位活到一百多歲的出家人,他深解法華經微妙深奧的義理,曾經告訴大眾說:「貧僧尊敬老人,就和尊敬自己的父母一樣,事奉他們,就如同事奉菩薩一樣;凡是我能力所及可以做到的事情,我沒有不盡心盡力的去做。貧僧今生能夠通達佛法,而且活得那麼久,都是因為敬老的緣故啊!所以希望你們不可以輕慢侮辱老人,這樣會損福折壽的啊!要知道這個世間的名利,就像夢幻泡影一樣,彈指也就過去了;千萬要覺悟,不要被世間的名利給羈絆住了;應該要在自己的心性上下些功夫;否則就是空來人間走一回,白白的空過了這個寶貴的人生啊!對於諸佛所教導「願我壽命長,勤行一切善;願我福德盛,廣濟一切人」的訓示,統統都錯過了,實在是可惜!如果少年人只知道仗著自己聰明而恃才傲物,輕慢侮辱老人;卻不知道長壽是上天所賦與的福報,而老人則為聖王所尊敬的對象,年輕人縱然是多麼的有才幹,很難說能夠活到像他們一樣的老啊!」
節錄自:
集福消災之道—感應篇彙編白話節本(卷二)