Risalah Balasan
Dan Ganjaran Setimpal
Bagian 19 ~ Penjelasan Tentang Bakti
zhōng
|
xiào
|
|
忠
|
孝
|
。
|
Analisa :
Menurut Tuan Yan Guang-zhong di dunia
ini tidak ada orang yang tidak berbakti, meskipun orang yang tidak berbakti
sekalipun, namun ketika orang lain memuji dirinya berbakti, dia akan senang
sekali; sebaliknya bila dikatakan tidak berbakti, maka dia akan amat
tersinggung dan malu; bahkan di hadapan orang banyak dia akan berpura-pura
seolah-olah sangat berbakti demi menjaga harga dirinya, tidak berani seperti
dalam keseharian begitu tak terkendali, ini juga karena dia masih memiliki hati
nurani; maka itu asalkan dapat mengembangkan hati nurani ini, sehingga menjadi
tunas dari bakti besar. Jika masih saja tidak mau melakukan introspeksi diri,
mengubah tabiat buruk, maka selamanya juga tak tahu berbakti!
Sebagai ayahbunda juga harus tahu
bagaimana cara mendidik putra-putri; sebagai anak juga harus tahu mengendalikan
diri; jika semenjak kecil sudah tidak tahu berbakti, ini dikarenakan oleh empat
alasan, yakni :
Yang pertama adalah angkuh dan manja :
sebagai ayahbunda terlalu mengasihani anak sendiri, contohnya selalu menuruti
kemauan anak, jika ada yang tidak sesuai keinginannya maka si anak jadi sulit menahan diri. Selalu membiarkan si anak hidup nyaman, menikmati kesenangan, ketika mendidiknya agar tekun
bekerja dan berbakti pada ayahbunda, dia sudah tak terbiasa lagi.
Bila anaknya berbuat sedikit kesalahan
di hadapan orang lain, sang ayah jadi tak tega mendidik anaknya, sehingga si
anak malah berani memberi pelajaran pada ayahnya. Ayah selalu memuji prestasi
sekolah si anak, takut bila si anak tidak bisa melampaui prestasinya, sementara
si anak menginginkan agar prestasi ayahnya selalu berada dibawahnya; dengan
mengumpulkan berbagai tabiat angkuh ini, tidak memiliki kemampuan membanggakan
diri di hadapan orang lain, maka membanggakan diri di hadapan ayahbunda,
sehingga si anak benar-benar menganggap bahwa orang yang sudah menua tidak
memiliki pengetahuan apa-apa!
Yang kedua adalah kebiasaan : Tutur
kata si anak sudah terbiasa kasar, sehingga berani melawan ayahbunda; tingkah
lakunya sudah terbiasa semaunya, sehingga berani melanggar sopan santun; ketika
ayahbunda melonggarkan sedikit pengawasan, si anak akan melupakan budi
kebajikan ayahbunda yang selalu menyimpan makanan lezat buat dirinya; ketika
ayahbunda sering sakit-sakitan, si anak jadi sudah terbiasa dan tidak lagi
menanyakan bagaimana kondisi ayahbunda.
Yang ketiga adalah menghanyutkan diri
dalam kesenangan indria : ketika si anak bertemu dengan saudara-saudaranya sama
sekali tidak memperlihatkan semangat dan kegembiraan, maka ketika bertatap muka
dengan ayahbunda lebih merasa tidak bermakna; sebaliknya bila memasuki kamar
istrinya, segera memperlihatkan semangat menggebu-gebu; sedangkan ketika masuk
ke ruang keluarga malah merasa bosan, bahkan berani memperlihatkannya keluar, ayahbunda dan saudara-saudaranya juga adalah orang
biasa, jika tidak suka bersua dengan mereka, anak durhaka sedemikian, di
hatinya mana mungkin masih ada pemikiran berbakti dan persaudaraan?
Yang keempat adalah melupakan budi
mengingat dendam : "Pepatah berkata budi yang dikucurkan jika sudah
terbiasa akan mudah dilupakan, sementara dendam yang dipupuk lama kelamaan akan
semakin menggunung". Ini juga merupakan hal yang umum dalam kehidupan
manusia! Maka itu mentraktir orang makan satu kali saja, budi kebajikan ini
akan mudah terukir di hatinya; tetapi jika sudah keseringan mentraktirnya, maka
kebiasaan mengeluh dan mengkritik jadi mulai timbul.
Menyumbang satu kali saja, orang lain akan mengingat budi dan berterimakasih; jika sudah
keseringan membantu, maka tabiat membeda-bedakan jumlah bantuan mulai timbul.
Perjumpaan yang hanya satu kali saja akan membuat orang
membangkitkan ketulusan dan saling menghargai; jika sudah berjumpa berkali-kali
maka mulai mencari kekurangan dan merasa curiga satu sama lain.
Apalagi jika bersama ayahbunda dan
saudara-saudari sendiri, karena dilahirkan oleh ayahbunda maka merasa bahwa
kasih sayang ayahbunda dan saudara-saudarinya memang sudah sepatutnya, sama
sekali tidak menyadari budi besar ayahbunda; apalagi masih dapat memikirkan
bagaimana siksaan yang dialami ibunda ketika mengandung selama sembilan bulan,
membesarkan dan mendidiknya, ketika si anak jatuh sakit, betapa sang bunda begitu cemas dan ketakutan?
Maka itu sebagai anak seharusnya harus
cepat-cepat menyadarkan diri, setiap saat merenungkan; jangan beranggapan bahwa
ayahbunda begitu berwelas asih, dengan sendirinya akan memaafkan diriku; juga
jangan beranggapan bahwa diriku sudah lebih baik daripada
orang lain; ketahuilah bahwa bila saat kecil tidak tahu berbakti maka kian hari
kian menumpuk menjadi durhaka!
Alasan menjadi durhaka juga ada empat
faktor.
Yang pertama adalah harta pribadi :
ketika uang sudah tiba ditanganku, maka menjadi milikku; sedangkan yang ada di
tangan ayahbunda juga dianggapnya sebagai milikku juga. Jika harta kekayaan
sudah mencukupi maka ayahbunda segera dilupakan; sedangkan jika uang tidak
mencukupi maka mendambakan terus kekayaan ayahbunda; ketika ayahbunda tidak
sanggup menghidupi diri sendiri, harus bergantung pada anaknya, maka si anak
merasa tidak senang pada ayahbunda; bahkan ada kejadian di mana putra-putri
menolak menjaga ayahbundanya!
Mereka tidak menyadari dari mana datangnya
tubuh mereka? Uang milik sendiri dari mana asalnya? Ketika terlahir di dunia
ini tidak membawa apa-apa termasuk uang, sejak bayi hingga dewasa tak pernah
hidup kekurangan, siapa yang telah memberimu semua ini? Dan sekarang gara-gara
ingin meraup keuntungan beberapa sen, maka hendak membuat perhitungan dengan
ayahbunda!
Yang kedua adalah terlalu menyayangi istrinya
: hanya tahu menyayangi istri dan anak-anaknya, tetapi malah durhaka pada
ayahbundanya. Ketika memiliki makanan lezat dan harta kekayaan, maka yang
terpikir adalah bagaimana menghibur istri dan memanjakan anak-anaknya;
sedangkan niat untuk membahagiakan ayahbunda kian hari kian memudar.
Tak pernah terpikir bahwa anakku
adalah anakku, lalu saya sendiri adalah anak siapa? Ayahbunda membesarkan
diriku dan saya malah tidak menjaga mereka, jika demikian, lalu buat apa saya membesarkan anakku? Hubungan suami istri yang
harmonis merupakan kegembiraan bagi sebuah keluarga, tetapi ketika saya masih
bayi hingga popok juga harus dipakaikan dan diganti, mana mungkin saat itu saya
tahu menyukai dan mencintai istriku? Lantas pada saat itu istriku juga mana
mungkin bisa menjaga dan membesarkan serta mendidik diriku? Ayahbunda melihat
putranya tumbuh dewasa lalu menikah, kebahagiaan yang mereka rasakan adalah
sedemikian sulit terungkapkan dengan kata-kata, mana boleh setelah mempunyai istri lalu ayahbunda harus jadi
kehilangan putra kandung mereka sendiri?
Yang ketiga adalah berhura-hura pada
nafsu indria : api asmara yang membakar di dada sedemikian membaranya, ditambah
lagi godaan dari pihak lawan begitu hebat; pada saat begini, meskipun di rumah
lagi ada anggota keluarga yang sedang berduka, dia juga takkan ikut bersimpati!
Nafsu indria menghamburkan banyak harta benda, hubungan mertua perempuan dan
menantu perempuan juga karena faktor ini sehingga sering terjadi perselisihan,
kedua belah pihak saling menyalahkan, dia juga tidak mau peduli!
Istrinya menggendong anaknya menanti hingga larut malam, mengharap kepulangan suaminya yang
sedang berhura-hura di luar, hingga angin dan hujan yang berhembus di luar juga
ikut bersedih dan meneteskan air mata; ayahbundanya yang telah beruban, tiada
yang menghiburnya; bahkan hingga pemberian yang tipis sekalipun, oleh karena
putranya berhura-hura di luar, kini keluarga berada dalam ancaman kelaparan.
Saat berhura-hura di luar, berapa lama
kegilaannya akan sanggup bertahan? Malah tega membiarkan orang-orang yang
paling disayangi harus menanggung kepedihan hati hingga sedemikian rupa!
Yang keempat adalah saling mencemburui
: Kasih sayang ayahbunda adalah adil adanya, takkan memihak dan berat sebelah;
namun anak-anak akan saling memperebutkan kasih sayang ayahbunda sehingga timbul
rasa tidak adil di antara mereka, mereka mulai saling memperhitungkan antara
satu sama lain, iri hati dan bahkan saling mencelakai, dan tata krama keluarga
karena ini menjadi pudar; menumpuk menjadi
perasaan benci, suka dan marah, dan karena ini juga sikap bakti pun jadi
melemah.
Empat faktor ini merupakan hal umum
dalam kehidupan manusia, ditakutkan anak berbakti juga sulit menghindarinya,
sehingga lama kelamaan menjadi durhaka!
Sementara itu anak-anak yang memiliki
ayahbunda yang tidak berwelas asih, di hati mereka tidak boleh ada kebencian
sama sekali, seharusnya lebih berbakti sehingga ayahbunda akan jadi tergugah
dan terharu, mengubah prilakunya dan menyayangi anak-anaknya; apabila ternyata
tidak bisa membuat ayahbunda merasa tergugah, maka juga tidak boleh melawan
mereka! Hanya bisa menunaikan bakti sebagaimana yang harus dimiliki sebagai seorang anak, jangan sampai kita
terjebak jatuh ke dalam dosa karena durhaka; andaikata sebaliknya menyalahkan
ayahbunda, di hati penuh kebencian pada ayahbunda, tidak mampu mengurai ikatan
permusuhan ini; maka ini pasti akan menjadi bencana! Hukuman atas dosa besar
bagi anak durhaka pasti tak terelakkan!
Tuan Luo berkata : "Seorang putra
berbakti dalam menjaga, merawat dan menghidupi ayahbundanya, jangan sampai
ayahbunda merasa muram, tidak boleh sampai hati
ayahbunda merasa risau; jangan sampai hati ayahbunda menjadi takut, jangan
sampai ayahbunda merasa kebosanan; jangan sampai ayahbunda memiliki perasaan yang sulit terungkapkan dengan kata-kata, jangan sampai ayahbunda
merasa malu dan menyesal".
Tuan Jin Shao-song berkata bahwa orang
tempo dulu ketika menjalani masa perkabungan, meskipun mencicipi makanan lezat
namun terasa hambar; mendengar irama lagu juga takkan merasa gembira; dalam
keseharian masih akan bersedih atas kepergian ayahbunda, selama tiga tahun juga
serupa. Tetapi masa sekarang ternyata ada juga yang berani melawan hati
nuraninya, sebelum melewati 49 hari masa perkabungan, melakukan upacara
pernikahan; ini sungguh durhaka! Andaikata ada ayahbunda yang memperbolehkan
putra-putrinya bertindak sedemikian rupa, maka ini adalah sama dengan menyuruh putra-putrinya untuk melakukan perbuatan durhaka!
Dalam mengurus upacara perkabungan
ayahbunda hendaknya dilakukan dengan segenap hati. Andaikata untuk urusan terakhir
ini saja tidak diurus dengan baik, maka untuk urusan lainnya juga takkan
dilakukan dengan segenap hati. Ada pula yang keluarganya memiliki banyak
saudara, sehingga saling tolak menolak, sehingga upacara perkabungan diurus
secara asal-asalan, sehingga membawa penyesalan di kemudian hari.
集福消災之道
(十九)
忠孝。
【分析】
顏光衷先生論孝說:「天下那有不孝的人,雖然有不孝的人,若是稱他孝順,那麼他聽到了就很歡喜;如果說他不孝,他聽到了就很生氣慚愧;而且在別人面前,還會裝模作樣愛面子,不敢像私底下那樣的放縱,這也是他的良知沒有泯滅;所以只要擴充這個所謂的良知,便是大孝的根苗。如果仍然不認真的反省,改變這個惡習氣,就依舊是不孝啊!這個地方,分析的明白,認識的清楚,那麼做父親的,就懂得如何教育子女;做子女的,也懂得如何自己克制;就像攻賊一樣,要知道賊在那裡,那麼平定賊患,就指日可待了啊!」
又說:小不孝所以養成的原因有四種。
第一是驕寵:為人父母過度的憐憫自己的孩子,例如經常順著孩子的個性,稍微不如他的意,他便不堪忍受了。經常讓他便宜,任隨他安逸享樂,教他執勞奉養父母,他便不習慣了。在別人面前孩子稍有過失,父親不忍心督責孩子,而孩子竟然敢冒犯父親。父親讚譽孩子的文學品行才藝能力,惟恐不在自己之上,而孩子則必定要父親的文行藝能在我之下;積下了這些驕縱的習氣,在別人面前展不出手,卻獨在父母面前展得出手,於是就真得認為,老成之人沒有見聞知識了!
第二是習慣:孩子的語言粗率慣了,便敢衝撞父母;行為簡易慣了,便敢不守禮節,任意的作為;父母分甘絕少慣了,孩子於是就不記得父母把美味食品留給他吃的恩德;父母抱病忍受病苦慣了,孩子於是就不再聞問父母的痛癢。
第三是樂縱:孩子見到同輩,就不勝意氣風發,面對父母,就感到沒有意思;進入妻子的房間,就露出千般的趣態;走進高大的廳堂,就感到悶悶不樂,甚至敢明白的表示,父子兄弟是俗物,不喜歡和他們見面;則他的心中,怎麼還會有孝悌的想法呢?
第四是忘恩記怨:俗話講:「恩習久則愈忘,怨習久則愈積。」這也是人之常情啊!所以招待他人吃一餐飯的恩德,別人容易記在心裡;若是招待習慣久了之後,則嫌棄怨恨就會生出來了。一次的布施,別人會感恩;若是經常的接濟,則多寡的分別就會生出來了。一次的見面,令人倍感親切;連續的見面,則猜測嫌疑就會生出來了。況且是父母兄弟,天生就習以為常,以為父母兄弟的親愛,是必然不會變的,眼前父母的大恩,根本就不知道;況且還能夠想到母親懷胎養育的辛苦,生病時候的擔心受怕嗎?所以人情有的時候,會顯得至為顛倒,至為古怪,而且還不自覺;孩子對於父母,往往就會如此,因此不以恩而獲怨的父母,就很少了啊!
以上所說的幾種,都是人之習情;然而子女未嘗沒有真性,只是積習久了,就不知道錯誤所在。所以應該要急急的喚醒,早早的克治,時時的思量;不要認為父母慈心,自然就會原諒我;不要認為世風澆薄,我還比別人好些;要知道小不孝漸漸的積久了,就會變成大不孝啊!
又說:大不孝所以養成的原因也有四種。
第一是私財:錢財入我手,便為我所有;而在父母手中的錢財,又認為是我有的錢財。自己的錢財足夠了,就忘記了父母;而錢財不夠的時候,則覬覦父母的錢財;父母不能自己養自己,要靠孩子養的時候,則又怨恨父母;甚至還發生了單身的父親、獨生的兒子,因為錢財而互相殺害的事情;兄弟互相推諉而拋棄父母不養的事情!不知道自己身體是從誰的身體而來的?自己的錢財是從誰而來的?我既然是不帶一個錢財來到世間,從嬰孩到現在生活都沒有缺乏,這是誰的幫助呢?而今卻為了自己要多賺幾文錢,便想要跟父母斤斤計較啊!
第二是戀妻子:愛戀妻子兒女,而不孝父母就嚴重了。有了美味的飲食和金錢,就想要娛樂妻子寵愛孩子;遇到了良辰美景,就想要擁抱妻子兒女,而使父母歡喜的念頭,也就愈來愈微弱了。不想孩子是我的孩子,而我又是誰的孩子呢?父母撫養我,而我卻不照顧父母,則我養孩子又有何用呢?夫妻和好,固然是一家的樂事,然而當我呱呱待哺屎尿未分的時候,怎麼會了解愛戀妻子呢?而妻子在那時候又怎麼能夠照顧養育我呢?父母看見兒子長大成人、娶妻,不勝歡喜之至,怎麼可以有了妻子,就使得父母反而失去了兒子呢?
第三是嫖蕩:心中的欲火正是熾盛,加上對方誘惑非常的厲害;這時候,就算家中有倚門傷心的人,他也不能夠了解啊!嫖蕩非常的浪費錢財,婆媳之間,為此而發生了口角,甚至還激烈的責怪對方的不是,他也不能夠分辨啊!妻子抱著小孩,整夜都為著先生在外面嫖蕩睡不著,連屋外的風雨也為她傷心落淚;年邁的雙親鬢髮已白,卻無人承歡膝下;甚至連微薄的物質供養,也因為兒子的嫖蕩而發生了危機。唉!嫖蕩的時候,瘋狂的意興能夠維持多久呢?卻忍心令自己最親愛的人傷心若此啊!
第四是爭妒:以天地的無私,人尚且感到有所遺憾;所以父母對於孩子們的感情,豈有不偏的道理;於是子女們就互相的爭奪父母的寵愛,或是兄弟而觭觤不平,或是姊妹而纖悉計較,彼此相互的讒言毒害,而家道就因此而衰微了;累積了瞋恨喜怒,而孝心就因此而衰弱了。這四種狀況乃是人之常情,恐怕連孝子也難避免,而其流弊遂成了大不孝啊!
宋朝的韓魏公(韓琦)說:「父慈而子孝,此常事不足道;獨父母不慈,而子不失孝,此古今所以稱大舜也。」處在父母不慈情況下的子女,心中不可以存有一絲毫的火氣,要比平常為子女的,更要加倍謹慎的事奉父母;有仁慈心的父母,自然就會受到感動,轉而憐憫孩子;若是沒有仁慈心的父母,既然不能夠感化他們,就更不可以觸犯他們啊!也只有自己克盡人子之道,不要使自己陷入了忤逆不孝的大罪;若是一昧的見父母的不是,心中充滿了憤恨,消遣不能,擺脫不下,就必定將有遏抑不住的時候;這就是微根不除去,遂至橫決成災啊!恐怕到那時候,責備父母不慈的罪輕,而忤逆父母不孝的大罪,就沒有辦法逃脫了啊!
【嘉言】
羅先生曾說:「孝子事奉雙親,不可使父母有冷淡心,不可使父母生煩惱心;不可使父母有驚怖心,不可使父母生愁悶心;不可使父母有難言的心,不可使父母有愧恨的心。」
唐先生的親恩歌說道:「我今未說淚先淋,難報爹娘養育恩;自是斷腸談不得,斷腸談與眾人聽。惟有懷胎受折磨,百般魔障好難過;莫言產育無凶吉,生死須臾可奈何。肚裡如今痛得慌,叫人為我簡衣裳;千生萬死多難算,只靠神天作主張。生下兒來血奔心,牙關緊閉眼翻生;直從剪下胞衣後,再過三朝纔是人。尿屎時常撒滿身,腥臊臭穢不堪聞;卻無半點嫌憎意,洗換頻番極苦辛。聽得娃兒哭一聲,翻身就把手來擎;想他歲半週年內,一覺何曾睡得成。大雪紛紛臘月天,偎頭偎臉抱兒眠;只因乳是孩兒喫,徹夜開胸在外邊。聽得孩兒出痘瘡,登時嚇得眼翻黃;一從放出標來後,盡日何曾喫米湯。磕箇頭來上炷香,聲聲只叫痘娘娘;若還叫得娘娘應,何怕頭穿出腦漿。幸得兒生兩歲零,依檯傍凳自能行;只愁跌破頭和面,掛肚牽腸不放心。生得孩兒性氣歪,任他情性使將來;如何父母偏憐愛,還說乖乖這樣乖。兒今頭髮已披肩,轉眼成人在面前;痛殺親心難割捨,不能常在膝頭邊。雖然掙得少田園,受怕擔辛苦萬千;不是為兒還為女,自家喫得幾文錢。娘看爹來爹看娘,為何終日臉焦黃;只因兒女將婚嫁,相對愁眉做一房。寸寸絲絲總是恩,誰能描得半毫真;蓼莪縱使能描畫,只好依稀六七分。」
金少嵩先生說:「按喪禮的敗壞,至今已是到了極點了。現代人事事都認為,古人的喪禮不正確;而且現在還有在服喪的七七四十九天之內,趕著辦完結婚的事情,這尤其是荒誕不經啊!古代的君子在為父母居喪守孝期間,就是吃到好的食物,都不會覺得甘美;聽到音樂也不會覺得快樂;平日生活起居,還仍然為父母的逝世感到難過,三年之中都是這個樣子。現在居然有人昧著良知不顧天理,反而在七七之中結婚,置父母之喪於不顧,而去追求夫妻之間的快樂;為人子女的,若是這樣,簡直就是大不孝啊!若是父母教其子女這樣做,就是教子女大不孝啊!而且在凶中而行吉事,對夫妻雙方都不好;這種習俗,不知道是誰始作俑者,到今天已經是相習成風了。甚至連詩禮之家,也發生了這種的事情,實在是周公孔子的罪人,這種壞風俗,實在應當要痛切的戒除!」
沈龍江先生說:「為人子女事奉雙親,沒有比送終這件事情更大了。若是連為父母送終的這件大事,都無法盡心的話,那麼其他的事情,也就不可能盡心了啊!有的是因為家裡的兄弟多,就彼此的互相推諉;因而將父母的喪事草率的處理完事,導致了日後的後悔和遺憾。我認為為人長子的,力量能夠獨自辦理的,就應該獨力的去辦;不必再派其他的弟弟;做人家弟弟的,自己能夠獨力去辦,也應該當作是自己的責任,不要使長兄的負擔過重;各人各自的盡心,爭先的出力,這樣才是做人家兒子的道理啊!若是有心想靠別人一分,便是在自己的心上,就有了一分不能盡心的地方啊!」
節錄自:
集福消災之道—感應篇彙編白話節本(卷一)