Risalah Balasan
Dan Ganjaran Setimpal
Bagian 21 ~ Cerita
zhèng
|
jǐ
|
huà
|
rén
|
|
正
|
己
|
化
|
人
|
。
|
Cerita 1 :
Sima Guang adalah pejabat Dinasti Song,
memiliki kesetiaan dan moralitas yang tinggi, namanya tersohor di seluruh
pelosok dunia. Ketika dia tinggal di Luoyang, kebudayaan dan kebiasaan
masyarakat setempat ikut terpengaruh akan karakter moral Sima Guang, sehingga
mengalami perubahan, setiap insan mulai menjunjung tinggi nama baik, merasa
malu membahas hal yang berkaitan dengan uang dan keuntungan; setiap insan
memiliki rasa malu, tahu meningkatkan mawas diri, tidak berani melakukan
kejahatan. Meskipun bagi yang masih berusia muda, namun mereka juga akan
berpikir terlebih dulu sebelum melakukan suatu tindakan, mereka akan saling
mengingatkan satu sama lain : “Jangan sampai melakukan kejahatan ya! Jika
sampai diketahui oleh Sima Guang maka celakalah!”
Cerita 2 :
Pada akhir masa Dinasti Han terdapat
seorang yang bernama Chen Shi, merupakan insan yang memiliki moralitas yang
tinggi, berlapang hati, menangani urusan dengan adil; bila ada diantara
penduduk dusun yang bertengkar, maka mereka akan mengundang Chen Shi untuk
memutuskan siapa yang benar dan siapa yang salah. Chen Shi juga dapat membuat
keputusan dengan tepat; bahkan memberi penjelasan terhadap benar dan salah,
sehingga mereka yang terlibat dapat menerimanya dengan ikhlas, tanpa ada
bantahan.
Lama kelamaan, di dusun tersebut
beredar sebuah kata pepatah : “Lebih baik dihukum dan dipukuli oleh pengadilan,
asalkan jangan sampai masuk ke dalam daftar hitam Chen Shi!”
Pada suatu malam rumah Chen Shi
dimasuki pencuri, bersembunyi di atas balok rumah, lalu diketahui oleh Chen
Shi; Chen Shi bangun dan membawa lilin. Kemudian Chen Shi membangunkan
murid-murid yang tinggal di rumahnya, mengumpulkan mereka untuk diberikan
ceramah.
Chen Shi berkata : “Manusia tidak boleh
tidak memiliki motivasi diri! Orang yang tidak baik, belum tentu pada mulanya
sifatnya jahat! Hanya karena dia selalu melakukan kejahatan sehingga setelah
menjadi sebuah kebiasaan, maka selanjutnya tidak bisa mengubahnya! Ini serupa
dengan insan mulia yang ada di atas balok rumah kita!”
Pencuri yang mendengar ucapan Chen Shi
jadi panik, lalu melompat ke bawah dari atas balok rumah, mengaku salah dan
minta diampuni Chen Shi; dengan tutur kata dan wajah yang ramah Chen Shi mulai
menuntunnya, supaya pencuri itu mempunyai tekad untuk kembali ke jalan yang
benar, jangan lagi melakukan perbuatan yang melawan hati nurani.
Kemudian Chen Shi menghadiahkan dua
gulung kain sutera kepada pencuri itu, memotivasinya supaya memiliki kemauan
untuk berubah. Cara Chen Shi menangani masalah ini, telah mempengaruhi seluruh
pelosok dusun; sejak itu di dusun tersebut tidak pernah lagi terjadi pencurian.
Cerita 3 :
Pada periode Lima Dinasti, Fang Jing-bo
menjabat sebagai gubernur di Qinghe, ibunda Jing-bo bukan saja berpendidikan
tinggi, bahkan amat berpengertian; di tempat yang disebut Beiqiu ada seorang
wanita, yang mengadukan putranya yang tidak berbakti.
Akhirnya kasus ini sampai pada
gubernur, ibunda Jing-bo berkata pada putranya : “Andaikata penduduk masih
belum dapat memahami aturan, melaksanakan tata krama, jangan terlampau
menyalahkan mereka!”
Kemudian ibunda Jing-bo mengundang
wanita Beiqiu yang mengadukan putranya ini ke tempat kediaman gubernur, sambil
menyantap makanan bersama, juga menyuruh putranya berdiri di samping, melihat
bagaimana Jing-bo meladeni ibundanya di meja makan.
Demikianlah hingga sepuluh hari
kemudian, putra tidak berbakti ini berkata pada ibundanya : “Bunda! Ananda
bersalah, ananda akan memperbaiki diri dan berbakti padamu, mari kita pulang!”
Ibunda Jing-bo berkata pada Jing-bo dan
wanita Beiqiu : “Meskipun anak ini telah mengaku bersalah dan tampaknya sudah
menyesal, tetapi di dalam benaknya, masih belum benar-benar menyesalinya!”
Maka itu Ibunda Jing-bo menahan wanita
Beiqiu dan putranya tinggal di kediaman gubernur hingga lebih dari 20 hari
lamanya. Tiba-tiba putra wanita Beiqiu berlutut pada ibundanya, lalu bersujud
menyesali, dia terus bersujud hingga kepalanya mengeluarkan darah, wanita
Beiqiu amat terharu hingga air mata memenuhi wajahnya, memohon agar gubernur mengijinkan
mereka pulang ke rumah.
Akhirnya putra wanita Beiqiu
benar-benar menjadi putra berbakti dan namanya juga tersohor.
集福消災之道
(二十一)
正己化人。
故事一:
宋朝的司馬光,為人忠厚正直,天下聞名。他住在洛陽的時候,洛陽的風俗,都受到他的影響感化而為之一變,人們莫不崇尚名節,而羞於談論錢財利害;人人都有廉恥的觀念,知道有所警惕,不敢為非作歹了。就是後生小輩想要做一件事情,也必定會互相的提醒,彼此的警惕說:「千萬別做壞事啊!恐怕會被司馬光知道,那就糟了啊!」
故事二:
後漢有位叫陳實的正人君子,待人寬厚,處事公正;鄉里間,若是有人發生了爭執,都會請陳實出面裁判,究竟是誰對誰錯?陳實也都能夠準確的做出裁判;並且說出對錯的道理,令當事人心服口服,沒話可說。久而久之,鄉里間就流傳了一句諺語:「寧可被官府責罰打板子,千萬別被陳實點名說缺點啊!」有一天的夜晚,陳實家裡來了一位小偷,躲在屋子的大樑上面,被陳實發現了;陳實就起床拿著蠟燭,招呼家中的子弟,集合起來訓話。陳實說:「人不可以不自勉啊!不善之人,未必是他本來就惡啊!只是因為他經常的做惡事,養成習慣之後,就改不過來以至於此啊!就像我們家屋樑上面的那位君子啊!」這位小偷聽到了陳實的話,大吃一驚,就從屋樑上跳了下來,向陳實認錯請罪;陳實就和言悅色的勸導他,要他立志改過遷善,別再做見不得人的勾當了。並且還贈送他絹布兩疋,勉勵他務必要痛下決心改過。陳實的作風影響所及,居然感化了一個縣;從此以後,縣裡再也沒有盜竊的事情發生了。
故事三:
五代時,房景伯擔任清和太守,景伯的母親不但學問好,而且還十分的通情達理;貝邱地方有一位婦人,列舉了她兒子不孝的事實,一狀告到了太守府,景伯的母親就向景伯說:「老百姓尚未能夠明白道理,通曉禮義,不宜過分的責備他們啊!」於是景伯的母親,就將這位告自己兒子不孝的貝邱婦人,召到太守府裡面,和她一齊吃飯,並且叫她的兒子在旁邊站著,看太守景伯如何的侍奉母親吃飯。這樣過了十天,這位不孝的兒子就對母親說:「媽!我錯了,我一定會改過孝順您老人家的,我們回家吧!」景伯的母親就對景伯和貝邱婦人說:「這孩子表面上雖然已經露出了慚愧的樣子,但是他的內心,卻還沒有真正的感到慚愧啊!」因此就再留貝邱婦人母子在太守府中二十多天。這時候,貝邱婦人的兒子,忽然向母親下跪,叩頭懺悔,一直叩到流血;貝邱婦人因此而感動的淚流滿面,乞求太守准許他們母子回家。後來這位貝邱婦人的兒子,果然以孝順而聞名。
節錄自:
集福消災之道—感應篇彙編白話節本(卷二)