Risalah Balasan
Dan Ganjaran Setimpal
Bagian 19 ~ Cerita Tentang Bakti
zhōng
|
xiào
|
|
忠
|
孝
|
。
|
Cerita 1 :
Penduduk Taihe yang bernama Yang Fu, berpamitan
pada ibundanya yang sudah lanjut usia, sendirian pergi berkelana ke Provinsi
Sichuan, bermaksud mengunjungi Master Wu
Ji; di tengah perjalanan dia bertemu dengan seorang Bhiksu tua yang bertanya
pada Yang Fu : "Anda mau ke mana?".
Yang Fu menjawab : "Saya hendak ke Sichuan mengunjungi Master Wu
Ji".
Bhiksu tua berkata lagi : "Daripada
mengunjungi Master Wu Ji lebih baik pergi bertemu Buddha!". Yang Fu
bertanya : "Dimana Buddha berada?" Bhiksu tua menjawab :
"Asalkan anda mengikuti jalur jalan pulang ke rumah, anda akan melihat
seorang yang mengenakan mantel kuning dan
memakai sandal terbalik, orang ini adalah Buddha!"
Setelah mendengarnya, Yang Fu bergegas menempuh
jalan pulang ke rumah. Sesampainya di rumah malam sudah larut; Yang Fu mengetuk
pintu; saat itu ibundanya begitu mendengar suara ketukan pintu dan suara
panggilan putranya, saking gembiranya dan ingin cepat-cepat keluar membukakan
pintu, buru-buru mengenakan mantel warna kuning, mungkin akibat terlalu memikirkan
putranya, ingin cepat-cepat bertemu sehingga sandalpun dipakainya terbalik;
begitu pintu terbuka, Yang Fu melihat kondisi ibundanya, yakni Buddha seperti
yang digambarkan oleh Bhiksu tua; oleh karena itu mendadak dia jadi
tercerahkan.
Sejak itu dia berada di rumah menjaga ibundanya,
bahkan menulis penjelasan pada "Klasik Bakti"; ketika Yang Fu sedang
menulis penjelasan "Klasik Bakti", cairan tinta yang digunakan sudah
akan mengering, tiba-tiba
wadah tinta akan terisi kembali dengan sendirinya. Semua orang
beranggapan bahwa ini karena hati bakti Yang Fu telah menggugah Langit dan Bumi
sehingga memperoleh mukjizat tersebut!
Cerita 2 :
Cui Mian memiliki sifat berbakti, sepasang mata
ibundanya sudah tidak dapat melihat, dia merasa kehilangan kebahagiaan sebuah
keluarga, maka itu dia mencari tabib
sakti ke mana-mana, untuk menyembuhkan mata ibundanya; dia menjaga bundanya
selama 30 tahun, sangat berbakti dan menghormati; hingga waktu malam tiba dia
juga takkan melepaskan topi dan jubahnya.
Setiap hari perayaan tiba atau mendapati ada
panorama yang indah, dia pasti akan memapah ibundanya untuk pergi menikmatinya, bercengkerama dan berkelakar
dengan para penduduk, sehingga bunda melupakan kebutaan yang
dideritanya.
Kemudian setelah ibundanya meninggal dunia, Cui
Mian bersedih hati hingga muntah darah; bahkan demi sang bunda, dia berikrar
bervegetarian sepanjang hidup; dia menyayangi abang dan kakaknya serupa dengan
menyayangi ibundanya, dia menyayangi keponakannya melebihi anak kandung
sendiri.
Gaji yang dia peroleh dibagikan kepada sanak
keluarga, disamping itu dia juga berkata : "Ibunda telah meninggal dunia
dan saya tidak berdaya menunjukkan baktiku pada bunda, saya percaya bahwa
semasa hidupnya, yang selalu dikhawatirkan oleh bunda tak lain adalah abang, kakak,
keponakan dan kemenakanku; maka itu saya harus
menjaga mereka dengan baik, dengan demikian mungkin bisa menghibur ibunda di
Surga!"
Akhirnya karir Cui Mian di kekaisaran semakin
menanjak, sementara putranya sendiri berhasil menjadi perdana menteri yang
bijak. Orang seperti Cui Mian sungguh merupakan putra yang berbakti! Ketika
ibunda masih hidup, dapat mengerahkan segenap kemampuan membuat hati orang tua
menjadi bersukacita, setelah ibunda meninggal dunia, dapat mewujudkan niat hati
orang tua; namun di dunia ini juga ada insan yang setelah menjadi kaya raya dan
memiliki kekuasaan, malah memperlakukan sanak keluarga dan sanak saudara serupa
dengan orang asing; menindas ayahbunda dan mertua sendiri; melihat Cui Mian
yang amat berbakti, apakah tidak merasa malu?
Cerita 3 :
Lu Sheng, sejak kecil telah kehilangan ibunda,
amat berbakti pada ayahnya. Sang ayah yang sudah lanjut usia, malam hari sering terbangun buang air kecil, Lu Sheng menemani
ayahnya tidur, untuk memudahkan dirinya menjaga ayahnya. Setiap malam Lu Sheng
akan terbangun empat hingga lima kali, untuk mengurus ayahnya buang air kecil.
Suatu tahun terjadi kekacauan, kelompok bandit gentayangan di mana-mana, Lu Sheng menggendong ayahnya melarikan diri dan
mengungsi ke gunung; di tengah perjalanan bertemu dengan kelompok bandit; tetapi
bandit-bandit tersebut malah tergugah oleh hati bakti Lu Sheng, sehingga tidak menyulitkan ayah dan
anak.
Cerita 4 :
Pada masa Dinasti Tang hiduplah seorang yang
bernama Li Jiong-xiu, sifatnya amat berbakti, ibundanya berasal dari keluarga
yang miskin, sementara istrinya suka memarahi pembantu di rumah, mendengar hal
ini hati ibunda Li sungguh merasa tidak nyaman, sehingga jadi tidak bahagia.
Oleh karena alasan ini Li Jiong-xiu lalu menceraikan istrinya.
Ada orang yang bertanya padanya : "Alasan
apa sebenarnya yang membuatmu tega menceraikan istrimu?". Li Jiong-xiu
menjawab : "Tujuan saya menikahi istriku adalah supaya dia menjaga
ibundaku! Andaikata istriku tidak sanggup memperlihatkan wajah ramah dan
mengerahkan segenap kemampuan untuk menjaga mertua perempuannya, maka menantu
seperti ini, bagaimana saya bisa menahannya
di rumahku?"
Hati bakti Li Jiong-xiu telah menggugah Langit;
sehingga kaisar menurunkan titah untuk mencatat kisah baktinya.
Cerita 5 :
Pada masa Dinasti Han, di Provinsi Zhejiang ada
seorang anak gadis yang bernama Cao'E, ayahnya bernama Cao Xu. Pada bulan ke-5
hari ke-5, yang juga merupakan hari perayaan festival perahu naga, sang ayah
sedang mendayung perahu di sungai, karena kurang hati-hati dia tercebur ke
dalam sungai dan mati tenggelam; Cao'E yang waktu itu baru berusia 14 tahun,
berusaha mencari jasad ayahnya di tepi sungai, tetapi tidak menemukan hasil;
Cao'E lalu menangis selama 7 hari 7 malam di tepi sungai; akhirnya dia
menceburkan diri ke dalam sungai, lima hari kemudian, masyarakat menemukan jasad Cao'E yang menggendong jasad ayahnya
terapung di permukaan sungai. Melihat peristiwa ini penduduk merasa amat
tercengang dan panik, melalui bupati setempat, kejadian ini dilaporkan ke
istana kekaisaran, kaisar lalu menurunkan titah untuk mencatat kisah bakti
Cao'E, bahkan mendirikan sebuah kuil di tepi sungai untuk Cao'E, hingga kini
Cao'E masih disembahyangi orang banyak yang menghormatinya dengan mendalam.
Cerita 6 :
Pada masa Dinasti Song terdapat seorang yang
bernama Wu Xiao-fu, suaminya mati dalam usia muda, juga tidak mempunyai anak;
tetapi dia amat berbakti pada mertua perempuannya. Mertua perempuannya
sakit-sakitan dan penglihatannya juga terganggu; terpikir akan menantunya yang
masih berusia muda sudah harus menjanda, maka itu dia mendesak agar menantunya
bersedia menikah lagi; Wu Xiao-fu jadi menangis tersedu-sedu sambil berkata :
"Sejak dulu hingga sekarang, seorang wanita takkan melayani dua suami;
saya seharusnya menjaga mertuaku dengan baik, harap bunda jangan
khawatir".
Wu Xiao-fu bekerja pada tetangganya baik
menyelesaikan kerajinan tangan maupun pekerjaan kasar juga dilakukannya,
memperoleh sedikit uang untuk menghidupi mertuanya. Bila ada yang memberinya
makanan yang lezat, maka dia akan membungkusnya dan membawa pulang buat
mertuanya.
Suatu hari dia masih belum selesai menanak nasi
tetapi tetangga sudah tidak sabaran memintanya untuk keluar membantu; oleh
karena mertuanya khawatir nasi yang ditanak akan gosong maka cepat-cepat
dipindahkan ke wadah lain, tetapi karena penglihatan sang mertua yang kabur,
sehingga nasi tersebut malah dipindahkan ke tong sampah.
Ketika Wu Xiao-fu pulang dan melihat hal ini,
dia tidak mengatakan apa-apa, malah bergegas memasak nasi lagi buat mertuanya;
lalu mengambil nasi di tong sampah, membersihkannya dengan air, kemudian
dipanasi dan dimakannya sendiri.
Suatu malam dia bermimpi ada dua Kumara (bocah) yang berjubah hijau, mengendarai awan dan
turun hingga di hadapannya, tangan mereka menggenggam kartu simbol kebesaran,
lalu berkata : "Kami datang untuk menyampaikan titah Kaisar Langit,
mengundang Wu Xiao-fu untuk menghadap".
Wu Xiao-fu bertemu dengan Kaisar Langit, Kaisar
Langit berkata padanya : "Anda hanya seorang wanita dusun semata, tetapi
begitu tulus dan berusaha dengan segenap hati untuk menjaga dan menghidupi
mertua, sungguh membuat orang jadi salut! Maka itu terimalah anugerah sejumlah
uang ini dan bawalah pulang untuk menghidupi mertua; mulai sekarang dan
selanjutnya, anda tak pelu bersusah payah lagi melakukan pekerjaan kasar untuk
mencari nafkah". Setelah menyelesaikan ucapanNya, Kaisar Langit memerintahkan
dua Kumara berjubah hijau untuk membawa Wu Xiao-fu pulang kembali.
BegituWu
Xiao-fu bangun dari mimpinya, menemukan sejumlah uang di samping tempat
tidurnya, bahkan setelah uang tersebut habis digunakan, maka di samping tempat
tidurnya akan muncul uang lagi, demikianlah kejadian ini berulang
berkesinambungan tak terputus!
Cerita 7 :
Yang Shi-qi adalah pejabat penting Dinasti Ming,
mendapat kepercayaan dari kaisar dan diangkat menjadi perdana menteri; tetapi
putranya yang bernama Yang Zi-ji, malah mengandalkan kekuasaan ayahnya dan
tidak ada kejahatan yang tidak diperbuatnya; sementara itu Yang Shi-qi amat
memanjakan putranya, tidak mengetahui bahwa putranya berani berbuat apa saja di
luar sana; hingga akhirnya suatu hari ada orang yang mengadu langsung ke
hadapan kaisar bahwa Yang Zi-ji telah membunuh sepuluh nyawa manusia; kemudian kaisar menitahkan badan hukum untuk
mengadili perbuatan Yang Zi-ji, bahkan memberi perhatian dan bertanya kepada
Yang Shi-ji : "Perdana Menteri, putra anda telah melanggar tata krama
keluarga, juga berani melanggar hukum negara, Beta tidak berani mengandalkan
hubungan pribadi, maka itu anda harus membuat keputusan dengan
seadil-adilnya!"
Dengan terpaksa Yang Shi-qi menjatuhkan hukuman
mati bagi putranya. Pamor Yang Shi-qi oleh karena perbuatan putranya menjadi
jatuh. Yang Shi-qi sebagai seorang terpelajar sampai karirnya memuncak
menduduki posisi perdana menteri yang begitu agung, mengurus pemerintahan
negara; tetapi putranya Yang Zi-ji malah mengandalkan status dirinya sebagai
putra perdana menteri, melanggar hukum dan dipenggal; merusak nama baik
keluarga, memalukan ayahbunda!
Cerita 8 :
Setiap pagi Zhang Yi akan membangkitkan
ketulusan berdoa pada Langit, bertobat atas perbuatannya di masa lalu. Suatu
kali arwah Zhang Yi tiba-tiba digiring ke Neraka; Hakim segera mengeluarkan
seluruh buku catatan kejahatan yang diperbuatnya selama hidup, untuk dilihat
Zhang Yi, buku-buku berwarna hitam adalah mencatat segala perbuatan jahatnya;
tetapi oleh karena dia bertobat dengan tulus, maka semua itu jadi terhapus;
hanya tersisa satu kasus kejahatannya yang tidak bisa terhapus.
Zhang Yi bertanya pada hakim : "Satu kasus
kejahatanku yang tidak bisa terhapus tersebut, apa isinya?". Hakim
menjawab : "Ini adalah ketika kamu masih berusia kecil, oleh karena ayahmu
memarahimu, kamu bukan saja tidak mau mengaku bersalah, malah tersinggung
dan memperlototi ayahmu".
Saat itu Zhang Yi barulah menyadari bahwa dosa
akibat tidak berbakti tidak bisa dihapus melalui pertobatan!
Cerita 9 :
Luo Gong saat masih kuliah, demi meraih masa
depan gemilang, maka itu dia berdoa memohon pada Malaikat, supaya karirnya
lancar-lancar saja. Suatu malam dia bermimpi Malaikat berkata padanya :
"Luo Gong, anda telah menyinggung perasaan Raja Yama, sebaiknya kamu cepat
pulang ke rumah, jangan lagi bertanya tentang masa depanmu!"
Luo Gong tidak mengerti maksud Malaikat, lalu
memberi hormat pada Malaikat dan
bertanya : "Oh Malaikat! Saya tidak mengerti mengapa anda menyuruhku cepat
pulang rumah, jangan lagi menanyakan masa depan?"
Malaikat menjawab : "Ayahbundamu meninggal
dunia sudah lama, tetapi sampai sekarang malah tidak kamu urus pemakamannya,
ini adalah perbuatan durhaka, Raja Yama telah mencatat dosamu, kamu akan segera
dijatuhi hukuman!
Luo Gong berkata : "Tetapi saya masih
mempunyai abang! Seharusnya dia yang harus bertanggungjawab mengurus pemakaman
ayahbunda! Mengapa Raja Yama malah menyalahkan diriku seorang saja?".
Malaikat menjawab : "Abangmu hanyalah orang
awam yang sibuk bekerja, sementara kamu adalah seorang terpelajar, memahami
ajaran insan suci dan bijak; maka itu Raja Yama hendak menghukum dirimu!"
Tahun itu juga Luo Gong meninggal dunia!
集福消災之道
(十九)
忠孝。
故事一:
太和人楊黼,辭別了家中的老母親,獨自的前往四川,去拜訪無際大師;在路上遇到了一位老僧問楊黼說:「到那兒去啊?」楊黼回答說:「我去四川拜訪無際大師。」老僧說道:「你去拜訪無際大師,還不如去見佛啊!」楊黼就問:「那麼佛在那裡呢?」老僧說:「你只要回家,就會看到一位肩上披著黃色衣服,倒穿著木屐的人,那人就是佛啊!」楊黼聽了之後,就馬上的趕回家去。當楊黼回到家的時候,已經是夜深人靜門已關了;楊黼就敲著門,在外面等候著;這時候,他的老母親一聽,是兒子在外面叫門的聲音,就喜出望外、急急忙忙的,隨手拿了一件黃色的衣服披在肩上,大概是想念兒子太過興奮,跑出去開門的時候,連木屐都穿反了;楊黼一見到母親這個樣子,就是老僧所講的佛的樣子完全一樣;因此而突然的驚醒覺悟了。從此以後就留在家中竭力的孝敬母親,並且還為孝經做了好幾萬字的註解;楊黼在為孝經做註解的時候,硯台的水快用乾了,忽然之間,硯台裡面的水,卻又盈滿了。別人都認為:這是因為楊黼的孝心,感動了天地所得到的感應啊!
【嘉言】
彌勒菩薩說:「堂上有佛二尊,惱恨世人不識;不用金彩裝成,非是栴檀彫刻;即今現在雙親,就是釋迦彌勒;若能誠敬得他,何用別求功德。」
故事二:
崔沔天性至孝,他的母親雙眼失明,他就傾家蕩產到處求醫,為母親治療眼睛;事奉母親三十年,非常的恭敬小心;連晚上都不把帽子和外衣脫下來。每當遇到了佳節,或是美景良辰,他一定扶著老母親赴宴,和大家有說有笑,使母親忘掉失明的痛苦。後來母親過世了,崔沔傷心到吐血;並且發心為母親終身吃素;他愛哥哥姊姊,就跟愛母親一樣,他對外甥姪子,好過對自己的孩子。所得的薪俸,都分給了親人,並且說:「母親既然已經過世了,我沒有辦法表達對母親的孝心,想她老人家在生的時候,最掛念的,就是哥哥、姊姊、外甥和姪子,這四五個人了;所以我都要好好的厚待他們,這樣做,或許可以安慰母親在天之靈啊!」後來崔沔官做到了中書侍郎,他的兒子佑甫,為賢明的宰相。唉!像崔沔這種人實在是位真正的孝子啊!母親在生的時候,能夠盡力的使老人家歡心,母親過世以後,又能夠完成他老人家的心願;然而世上卻有身居富貴有錢有勢,對待自己的同胞兄弟姊妹,卻和陌生的路人一樣;刻薄自己的雙親、岳父母,就如同對待普通的客人一般;看到崔沔這樣的孝心,能夠不感到慚愧嗎?
故事三:
呂升從小就失去了母親,事奉父親非常的孝順。父親因為年歲很大,夜裡常會起來小便,呂升就與父親同睡,以便就近照料。呂升每天晚上都要起來四五次,照顧年邁的父親小便。有一年遇到了兵荒馬亂,盜匪遍地橫行,呂升就背著父親逃入了山中;在半途中卻遇到了強盜;但是強盜因為被呂升的孝心感動,而沒有為難他們父子。呂升的父親,平時很喜歡吃一種滋味香甜的杏子,呂升為此還特別在家的附近種植了許多的杏樹;但是種植的杏子,卻被鄰居給強佔去了;呂升無奈,就寫了篇疏文稟告神明,向神求助;神明就譴責強佔呂升杏地的鄰居,發背告諭他說:「你要立刻把強佔的杏地還給孝子呂升!」直到這強佔杏地的鄰居,把杏地還給了呂升,神明才停止發背。
故事四:
唐朝的李迥秀,天性至孝,他的母親出身貧賤,而他的妻子經常罵家中的婢女,李迥秀的母親聽起來,心中感到很不快樂。李迥秀為了這個緣故,就把妻子給休了。有人就問他:「到底為了什麼緣故,把妻子給休掉了呢?」他說:「我娶妻的目的,就是要妻子事奉母親啊!如果我的妻子不能夠和顏悅色盡心盡力的事奉婆婆,那麼這種的媳婦,我怎麼可以留她在家呢?」李迥秀的孝心,感動了上天;因而在他家的堂前,生出了芝草。中宗皇帝還特別頒下了詔書,表彰他的孝行。
故事五:
漢朝的時候,浙江上虞有位女孩子名叫曹娥,他的父親叫曹盱,是一位巫師。在五月五日端午節的那天,他乘船在江上迎神,一不小心就墜入江中淹死了;曹娥那年才十四歲,她沿著江邊尋找父親的屍體,但是卻都遍尋不著;曹娥就在江邊哭泣了七天七夜;最後她就跳入了江中,經過了五天,曹娥背著父親的屍體,兩人一同浮出了江面;遠近的人看到之後,都感到十分的震驚;上虞縣的縣令度尚,就把這件事情奏報朝廷;皇帝因而下詔表彰曹娥的孝行,並且為曹娥在江邊建立了一個祠,曹娥至今仍然為人們所祭拜敬重。
故事六:
宋朝的吳孝婦、丈夫早死,又沒有兒子;但是她事奉婆婆非常的孝順。婆婆年老而眼睛有病;想到自己的媳婦太孤單了,就想招一個義子為媳婦成親;吳孝婦就哭著向婆婆說:「自古以來,烈女是不事二夫的;我自然應當竭力的奉侍婆婆,還請婆婆放心。」吳孝婦就為鄰居做些手工粗活,賺些錢來養婆婆。或有人送她好的食物,她就帶回家給婆婆吃。有一次她煮飯還沒有煮熟,鄰居的媽媽有急事喊她出去幫忙;婆婆擔心飯煮的太熟會煮焦了,就把它放在盒子中;因為眼睛看不清楚,就把飯放進了垃圾桶裡面。吳孝婦回來以後,看到了也不去問,就趕快的向鄰居借些飯來給婆婆吃;然後再用水把弄髒的飯洗乾淨,蒸過以後自己再吃。有一天她忽然夢到兩位穿著青色衣服的童子,駕著雲來到她的面前,手裡拿著符牒說道:「我們是奉了上帝的玉旨,召吳孝婦晉見。」吳孝婦見到了上帝,上帝對她說:「你只是一個村婦,能夠如此勤苦盡心的事奉婆婆,實在是值得令人尊敬啊!因此特別賞賜你一千文錢,拿回家中供養婆婆;從今以後,你再也不必去做粗活手工賺錢養家了。」說罷就命兩位青衣童子,將吳孝婦送回。吳孝婦一夢醒來,發現床頭果然放著有一千文的錢;而且用完之後,床頭就又再會有一千文的錢,如此週而復始的,綿綿不絕呢!
故事七:
明朝的楊士奇,在朝廷中,是屬於元老級的重臣,備受皇帝的恩寵,擔任宰相的職位;但是他的兒子楊子稷,卻是靠著父親的勢力而無惡不做;而楊士奇又非常溺愛他的兒子,不知道兒子在外面為非作歹;直到有人在皇帝面前,控告楊子稷已經犯下殺了數十條人命的大罪;皇上於是將楊子稷移付司法審判,還特別頒旨慰問楊士奇說:「愛卿啊!你的兒子既然違背了家訓,又干犯了國法;朕不敢私心,愛卿,你就秉公處理吧!」楊士奇不得已就把兒子判了死刑。楊士奇的聲望,因為兒子不肖,犯下死罪論斬而大受損害。楊士奇以一個讀書人而做到了宰相那樣崇高的地位,處理國家大政;然而楊子稷卻是以宰相兒子的身分,犯罪而被處死刑;敗壞了家聲,更羞辱了父母;可說是死有餘辜啊!那些依靠著父親勢力而橫行的驕貴子弟們,看到楊子稷的下場,能不好好的自我警惕嗎?
故事八:
張義每天清晨,都非常虔誠的向上天禱告,懺悔自己以往所犯下的罪過。有一天,張義的魂魄,忽然被鬼卒攝到了陰間;判官就出示了記載他生平所犯罪過的惡冊子給他看,黑簿中記載了他以往所犯下的罪惡;但是因為他虔誠的懺悔,都已經勾除了;惟獨只剩下一件惡事沒有勾除掉。張義就問判官:「剩下那件沒有勾除的,是什麼樣的罪過啊?」判官說:「這是你小的時候,因為父親責罵你,你沒認錯,反而生氣的睜大著眼睛,回頭瞪你父親一眼。」張義聽了才知道,不孝的罪過,是不通懺悔啊!
故事九:
羅鞏在做太學生的時候,經常為了前程,向神明祈禱,希望自己的仕途順利,前程似錦。有一天晚上他夢到神跟他說:「羅鞏,你已經得罪了冥王,最好趕快回家,別再問前程了啊!」羅鞏不明白神的意思,就再向神叩問說:「神啊!我不明白您為何要我趕緊回家,別再問前程了呢?」神回答說:「你的父母過世了很久,你卻延誤至今不埋葬他們,這是大不孝的行為,冥王已經錄下你的罪過,馬上就要懲罰你了啊!」羅鞏說:「我有哥哥啊!他應該負責埋葬父母啊!為何冥王獨獨的怪罪於我呢?」神說:「你哥哥不過是位庸庸碌碌的凡夫俗子,所以不值得怪罪他,而你是個讀書人,明白聖賢的道理;所以冥王要責罰你啊!」說也奇怪,羅鞏這一年就死了!
感應篇彙編白話節本卷一終
節錄自:
集福消災之道—感應篇彙編白話節本(卷一)