Risalah Balasan
Dan Ganjaran Setimpal
Bagian 19 ~ Cerita Tentang Kesetiaan
zhōng
|
xiào
|
|
忠
|
孝
|
。
|
Cerita 1 :
Pejabat
tersohor Dinasti Tang yang bernama Wei Zheng,
pemberani dan cerdik, dengan kata-kata bajik menasehati supaya kaisar bersedia
menarik kembali keputusan yang tidak tepat. Tak peduli masalah kecil maupun
besar, asalkan kaisar bertindak salah, maka Wei Zheng tidak segan-segan langsung menasehati kaisar;
meskipun kaisar amat tersinggung, namun Wei Zheng juga tidak sudi menghentikan
tindakannya.
Suatu kali, Kaisar Tang Tai-zong
memperoleh hadiah seekor Burung Elang yang amat bagus, sehingga kaisar amat
menyukainya, selalu menaruhnya di atas lengannya. Suatu hari ketika melihat
kedatangan Wei Zheng, karena takut dilihatnya, dengan terburu-buru kaisar
menyembunyikan Burung Elang ke dalam dekapannya; di dalam hati Wei Zheng
mengetahui amat jelas apa yang sedang terjadi, ketika sedang menyampaikan
laporan kepada kaisar, dia sengaja mengulur waktu, sehingga Burung Elang
kepanasan dan mati di dalam dekapan kaisar (ini dikarenakan Wei Zheng tidak
ingin kaisar menghabiskan waktu untuk bermain sehingga melupakan cita-cita
besarnya, selain itu juga akan mengurangi kewibawaan seorang kaisar, maka itu
menggunakan cara ini untuk menasehatinya).
Kemudian setelah Permaisuri Wen
De meninggal dunia, Kaisar Tang Tai-zong selalu memikirkan permaisurinya, lalu
membangun sebuah paviliun di taman bunga istana, sambil memandangi makam
permaisuri; dan mengundang Wei Zheng naik ke paviliun, juga menyuruh Wei Zheng
untuk memandangi makam permaisuri; setelah memandangi makam permaisuri dengan
lama Wei Zheng berkata : "Yang Mulia! Usiaku sudah tua, mataku juga sudah
kabur sehingga tidak dapat melihatnya!"
Kaisar Tang Tai-zong menggunakan
jari telunjuknya menunjuk supaya terlihat oleh Wei Zheng. Wei Zheng berkata :
"Andaikata paduka dapat membangun makam leluhur serupa dengan makam
permaisuri, barulah saya dapat melihat makam permaisuri". Mendengar ucapan
Wei Zheng, Kaisar Tang Tai-zong amat terharu hingga mengalirkan air mata, lalu
merobohkan paviliun tersebut, tidak lagi naik ke paviliun memandangi makam
permaisuri.
Wei Zheng menasehati Kaisar Tang
Tai-zong agar menghentikan pengembangan di bidang militer, namun memperkuat
bidang pendidikan dan kebudayaan; dengan demikian barulah kondisi Tiongkok akan
stabil, orang asing di empat penjuru dengan sendirinya akan menyatukan diri,
tidak perlu menggunakan kekuatan militer untuk menaklukkan mereka.
Kaisar Tang Tai-zong menyetujui
dan menggunakan usulan Wei Zheng dan ternyata benar menghasilkan dampak yang
sangat besar, ini merupakan rekam jejak pengabdian Wei Zheng pada pemerintah.
Cucu generasi kelima Wei Zheng sangat berbakat, menjadi perdana menteri.
Cerita 2 :
Pada masa Dinasti Song terdapat seorang yang bernama Sima Wen-gong
yang menjadi perdana menteri, tekun dan mencintai rakyat, dengan tubuhnya
dipersembahkan kepada negara, oleh karena bekerja terlampau lelah, akhirnya
jatuh sakit; namun pada waktu itu undang-undang yang dibentuk oleh Wang An-shi
yang tidak berpihak pada rakyat, masih belum sempat dihapusnya, Kerajaan Xi Xia
juga belum ditaklukkan, maka itu Sima Guang mengeluh : "Bila tugasku belum
sempurna, bagaimana saya bisa mati dengan tenang!"
Para pengunjung yang datang membesuk, melihat tubuh Sima Guang (Sima Wen-gong)
yang kian hari kian kurus, menasehati dan
mengingatkan Sima Guang akan perumpamaan kisah pendahulunya yakni Zhuge
Kongming yakni "Makan sedikit kerjaan banyak, hidup tak berdaya bertahan
lama".
Sima Guang menjawab : "Hidup dan mati ada takdirnya, tak
perlu khawatir". Malah semakin serius dan giat berusaha menyelesaikan
urusan negara; kemudian penyakitnya semakin parah, kesadarannya juga semakin
melemah, namun dia tetap tidak melupakan urusan negara, bahkan dalam mimpi
masih mengigau tentang urusan negara dan rakyat!
Cerita 3 :
Kaisar Wei Gao-zong memberitahu para pejabatnya : "Terhadap
seorang pemimpin negara, sepatutnya menghormatinya serupa dengan
menghormati ayah kandung sendiri; ketika ayah melakukan kesalahan, sebagai
putranya takkan memberitahu kepada orang banyak dan membiarkan mereka datang
menasehati ayah sendiri; namun sebaliknya akan mencari tempat dimana tak
terlihat oleh orang lain untuk menasehati ayahanda, tujuannya adalah tidak
mempertunjukkan kesalahan ayah!
Contohnya Gao Yun ketika melihat beta melakukan kesalahan, dia
akan langsung memberi nasehat secara langsung pada diriku; bahkan kadang kala
membuat beta susah menahan diri! Tetapi cara Gao Yun yang memberi nasehat
secara langsung pada diriku, sehingga beta dapat mengetahui dimana letak
kesalahan sendiri, sementara semua orang di dunia ini malah tidak ada yang
mengetahui kesalahanku! Maka itu Gao Yun sangat setia padaku! Dan bentuk
kesetiaan ini bukanlah dengan kritikan pedas untuk menyerang atau menasehati
orang, ini bukanlah cara bijak! Cara Gao Yun merupakan cara yang bagus untuk
menasehati orang".
Cerita 4 :
Pejabat Dinasti Song yakni Tuan Su, menulis dan menyampaikan
laporan kepada kekaisaran yang membahas urusan besar negara; tetapi laporan
tersebut bukan hanya diabaikan oleh pihak kekaisaran, bahkan pangkatnya juga
diturunkan dan dipindahtugaskan ke Raozhou.
Di tengah perjalanan menuju Raozhou, Tuan Su melewati Luoyang,
lalu dia singgah dan menginap di rumah sahabatnya, Yin Tun, bahkan dia
mencurahkan kekesalannya kepada Yin Tun, dia sudah begitu setia pada
kekaisaran, malah diperlakukan sedemikian, pangkatnya menyusut dan
dipindahtugaskan ke Raozhou.
Setelah mendengar keluhan sahabatnya, Yin Tun menjawab :
"Ketika anda menulis dan menyampaikan laporan kepada pihak kekaisaran,
apakah tujuan anda adalah demi kepentingan negara dan rakyat? Atau demi
ketenaran dan kedudukan anda sendiri? Bila memang demi kepentingan negara maka
anda sepatutnya merasa gembira ketika dipindahtugaskan ke Raozhou. Andaikata
tindakan anda adalah demi kepentingan diri sendiri, maka hukuman yang
dijatuhkan oleh pihak kekaisaran kepada anda kali ini sudah terhitung
ringan!"
Setelah Tuan Su mendengarnya, hatinya menjadi lapang, sejak itu
dia tidak berani mengeluh lagi tentang pihak kekaisaran.
Cerita 5 :
Jenderal besar Dinasti Tang, Guo Zi-yi, ketika
terjadi pemberontakan An-shi, beliau berhasil mempersatukan ibukota bagian
timur dan barat, jasanya ini melampaui jenderal-jenderal lainnya, ketika Kaisar
Tang Tai-zong bertahta, Huan Guan memiliki pengaruh kekuasaan yang amat besar,
Guo Zi-yi sudah lama dinonaktifkan, prajuritnya juga sudah banyak yang membubarkan diri.
Tiba-tiba pada saat begini Tu Fan (Bangsa Tibet)
melakukan pemberontakan, pasukan musuh dengan mudah memasuki ibukota; ibukota
kini dibawah ancaman besar, penduduk jadi panik dan ketakutan, kaisar dan para
pejabat tinggi melarikan diri mengungsi ke Shanzhou.
Para jenderal besar seperti Li Guang-Bi dan
jenderal lainnya, sejak semula sudah tidak puas dengan Huan Guan yang memonopoli
kekuasaan, sehingga tidak sudi bergerak ke Shanzhou melakukan penyelamatan.
Hanya Guo Zi-yi yang berhasil mengumpulkan 20
prajurit, lalu segera bergerak ke Shanzhou untuk melakukan penyelamatan. Di
tengah perjalanan bertemu dan bergabung dengan para jenderal lainnya, memukul
genderang perang dan mengibarkan panji-panji; juga menyalakan api di banyak
tempat, sehingga pasukan Tu Fan merasa curiga, karena itu mulai ketakutan, lalu
melarikan diri.
Kemudian Tu Fan bergabung dengan Hui He kembali
lagi menyerang Dinasti Tang dengan mengerahkan sepuluh ribu prajurit. Sebagian
jenderal Dinasti Tang tidak sempat datang melindungi ibukota, hanya Guo Zi-yi
seorang diri dengan menunggang kuda, berhasil memaksa Hui He menarik mundur pasukannya, bahkan juga membuat pasukan Tu Fan
kucar kacir.
Meskipun Guo Zi-yi merupakan seorang jenderal
besar, memiliki kekuasaan besar dalam mengendalikan kekuatan militer, namun
Huan Guan sering menfitnahnya di hadapan kaisar. Tetapi oleh karena setiap kali
titah kaisar tiba, Guo Zi-yi segera menuju istana menghadap kaisar. Maka itu
memperoleh kepercayaan dari kaisar sehingga segala fitnahan tidak bisa
menggoyahkan kepercayaan kaisar pada diri Guo Zi-yi.
Lalu kaisar menganugerahkan gelar Raja Fen'yang
kepada Guo Zi-yi, delapan orang putranya dan tujuh menantu laki-lakinya, semuanya berhasil menjadi pejabat tinggi; bahkan
generasi penerus Guo Zi-yi juga sangat berjaya.
集福消災之道
(十九)
忠孝。
故事一:
唐朝的名臣魏徵,有膽量、有謀略,善於挽回君王所做不恰當的決定。無論大事小事,只要皇帝不對,魏徵一定是毫不留情苦苦的勸諫;縱然皇帝非常的生氣,魏徵仍然是不肯停止。有一次,唐太宗得到了一隻很好的鷂子,非常的喜愛,經常把鷂子放在自己的手臂上立著。有一次,看到魏徵來了,怕他看見,就趕緊把鷂子藏在懷裡;魏徵心裡有數,向太宗奏事的時候,就故意的拖延時間,鷂子因此而悶死在唐太宗的懷裡。(這是因為魏徵不想唐太宗玩物喪志,有損君威的緣故,就用這種方法勸諫。)後來文德皇后過世,唐太宗對皇后思念不已,就在御花園裡建造了一層樓,以便眺望皇后的陵墓;並且請魏徵一同登樓,也叫魏徵眺望皇后的陵墓;魏徵仔細的看了半天就說:「陛下!我的年紀大了,眼睛也花了,看不到啊!」唐太宗就用手指給他看。魏徵說:「我以為陛下若是能夠望祖宗的獻陵,和望皇后的昭陵一樣,那麼我就能夠看到皇后的昭陵了!」唐太宗聽了之後,感動的流淚,就把這座層樓拆掉,不再登樓眺望昭陵了。魏徵勸太宗偃武修文,停止軍事的發展,加強文化教育;這樣中國安定了,四方的夷人,自然就會歸順臣服,用不著用武力去征服他們了。太宗就採用魏徵的建議,果然產生了很大的效果,這都是魏徵忠於朝廷的事蹟。而魏徵的第五代孫子,叫魏,非常的優秀,做到了宰相。
故事二:
宋朝的司馬溫公為宰相,勤政愛民,以身徇國,由於過度的勞累,已是有病在身;而當時王安石所立下的青苗、免役、將官的惡法,仍然尚未廢除,西夏國也未投降於宋朝;司馬光因而感嘆的說:「這四害還沒有除掉,我是死都不瞑目啊!」來探病的客人,見到他的身體漸漸的消瘦,就引了諸葛孔明「食小事繁,命不長久」的前例,提醒司馬光要引以為戒啊!司馬光則回答說:「生死有命,無需掛慮。」反而更認真的處理公務;後來病得愈來愈嚴重,意識已經有些不清醒了,仍然念念不忘朝廷天下的事情,就是連夢中所講的話,也都是朝廷天下的大事啊!
故事三:
魏高宗告訴群臣說:「對待君王,應該就像對自己的父親一樣的尊敬;父親有了過失,做兒子的,是不會寫出來給大眾知道來勸諫父親的;而會在私下別人看不到的地方勸諫父親,這樣做的目的,就是為了不要彰顯出父親的過失啊!例如高允在朕有過失的時候,都是當著朕面勸諫的;甚至有時候還會令朕不堪忍受啊!但是高允這樣的勸諫,使朕知道自己的過失,而天下卻不知道朕的過失啊!所以高允對朕實在是忠心啊!而高允對朕的一片忠誠,不但是以激烈方式勸諫的人,所不能做到的;也是用諷刺比喻的方法勸諫的人,所不及的啊!這的確是一種很好的勸諫方法。」
故事四:
宋朝的大臣蘇,向朝廷上了奏章,談論國家大事;不但未被朝廷採納,卻被貶官到饒州。蘇在赴饒州的路上,經過洛陽,就住在好友尹焞的家中,並向尹焞抱怨,自己對朝廷一片忠誠,卻落到如此的下場,被貶竄到饒州。尹焞聽了就對他說:「當你上書朝廷的時候,你的目的是為了國計民生打算呢?還是為了你自身的名位在打算呢?若是為了國家打算,那麼你就應當欣然的赴饒州上任。如果你若是為了自身的進退在打算,那麼這次朝廷貶降你到饒州的懲罰,還算是輕的懲罰呢!」蘇聽了之後,心中感到釋懷,就不敢對朝廷再存有抱怨之心了。
【嘉言】
張可菴說:「讀書人做了官,若是心中有了鞏固自己的功名,求取容悅之心,就不可能會做出一件有利於國家百姓的事情來了!」這是真話啊!
故事五:
唐朝大將郭子儀,當安史之亂的時候,收復了東西兩個京城,功勞超過了其他的將領。代宗皇帝的時候,宦官專權勢力很大,郭子儀被閒置了很久,部下也都離散了。突然這時候吐蕃造反,揮兵直接進攻京師;京城震驚,皇上急忙帶著文武百官直奔陝州避難。大將如李光弼等人,都因為討厭宦官專權,而擁兵自重,不願前往陝州去救駕。只有郭子儀一個人召募了二十位騎兵,就立即動身前往陝州救駕。在途中又糾合了其他的將領,敲擊著戰鼓,張揚著旗幟;又在多處點火,使得吐蕃產生懷疑,因而害怕,全都逃跑了。後來吐蕃又會同了回紇,以數十萬的大軍,來攻打唐朝。唐朝的將領多不能及時的趕到保護京師,只有郭子儀一個人騎著馬,前往說服了回紇退兵,並且還大破吐蕃的軍隊。郭子儀雖然是身為大將,擁有強大的兵力,宦官程元振、魚朝恩,百般地在皇上面前進讒言,毀謗他。但是只要皇上的一紙詔書,徵召他入京覲見,郭子儀無不詔書一到,就即刻的上京去覲見皇上;因此頗得皇上的信任,因而所有對他的讒言和毀謗,都不能夠動搖皇上對他的信任。郭子儀後來被皇上封為汾陽王,他的八個兒子、七個女婿,也都做到了高官;而且郭子儀的後代,都是非常的顯赫,貴盛無比啊!
節錄自:
集福消災之道—感應篇彙編白話節本(卷一)