Risalah Balasan
Dan Ganjaran Setimpal
Bagian 29 ~ Penjelasan
Tuī
|
duō
|
qǔ
|
shǎo
|
|
推
|
多
|
取
|
少
|
。
|
Penjelasan :
Tak peduli apakah sesama saudara akan membagi harta
warisan, atau hadiah dari teman, juga seharusnya dapat mengalah, bagian yang
lebih banyak diberikan kepada saudara atau teman lainnya, sementara diri
sendiri mengambil bagian yang lebih kecil, keuntungan hendaknya dibagikan
kepada orang lain, sementara diri sendiri menerima kerugian dengan ikhlas.
Analisa :
Jalinan persaudaraan merupakan hubungan darah daging, sedangkan harta
warisan merupakan benda di luar diri, maka itu seharusnya bersikap mengalah! Di
dalam “Sutra Pengajaran Warisan Buddha (Sutra on the Buddha's Bequeathed Teaching/ Fo Yi Jiao Jing)”, Buddha Sakyamuni mengatakan
bahwa manusia yang memiliki nafsu keinginan yang banyak, oleh karena dia amat
serakah dan mengejar keuntungan dan ketenaran, maka itu penderitaan dan
kekotoran batin (klesa) nya, bila dibandingkan dengan orang-orang di sampingnya,
akan lebih banyak; sedangkan manusia yang memiliki nafsu keinginan yang
sedikit, bahkan jika dia tidak memiliki keinginan apa-apa, maka takkan memiliki
begitu banyak penderitaan dan kekotoran batin (klesa).
Seseorang jika ingin terlepas dari berbagai siksaan dan kekotoran batin,
seharusnya tahu berpuas diri dan merasa cukup; dan cara untuk berpuas diri dan
merasa cukup merupakan tempat dimana kekayaan dan kedamaian berada! Orang yang
tahu berpuas diri dan merasa cukup, meskipun hanya tidur di atas lantai, namun
juga merasa amat terhibur dan bahagia; sedangkan orang yang tidak tahu berpuas
diri dan merasa cukup, meskipun tinggal di Surga, juga takkan merasa puas!
Harus diketahui bahwa seseorang
bila dapat melakukannya di atas harta kekayaan yakni dengan mengalah dan
mengambil bagian yang lebih sedikit, maka hati juga akan merasa seimbang;
segala kondisi yang berada di luar diri, takkan membuat hatinya goyah dan
kacau, maka itu dia selamanya akan merasa cukup dan selalu berbahagia!
Tuan Yu Tie-qiao berkata bahwa manusia di dunia ini jika tidak mempunyai
uang maka tidak bisa bertahan hidup, lagi pula di dunia ini tidak ada manusia
yang tidak suka pada uang, juga tidak ada hari yang tidak memerlukan uang! Maka
itu uang merupakan benda yang tidak boleh tidak ada dalam kehidupan manusia;
tetapi harta kekayaan yang dimiliki oleh setiap manusia sudah ditentukan
jumlahnya, jika ingin memperoleh lebih banyak sedikit juga merupakan hal yang
mustahil!
Lalu cara setiap insan memakai uang juga berbeda-beda, contohnya orang
yang boros sekali keluar jumlahnya seribu dollar, sedangkan orang yang kikir
satu sen pun tidak sudi dikeluarkannya. Orang yang jujur dan bersih, meskipun
orang lain mengantar dan menghadiahkannya uang pada larut malam, dia juga akan
menolak dan tidak sudi menerimanya, sementara orang yang serakah, bahkan di
siang bolong juga berani menjalankan aksi perampokan di tempat umum!
Harus diketahui orang yang kikir, pandangan dan pengetahuannya rendah
dan sempit, satu sen pun dianggapnya amat berharga, ibarat lebah yang
melindungi madu yang dihasilkannya, ibarat anak kecil yang menyembunyikan
biskuitnya, sedikitpun tidak sudi dibagikannya kepada orang lain. Tindakan
orang kikir yang hanya tahu melindungi harta kekayaannya ini, hanya akan
mengundang kebencian di kalangan masyarakat, namun Langit takkan karena
kekikiran orang ini lalu menjadi murka; tetapi orang kikir yang terlalu
serakah, bukan hanya merasa puas atas kekayaan yang telah dia peroleh, malah
juga menginginkan harta kekayaan orang lain; kerakusannya ibarat ikan menelan
perahu, ular menelan gajah!
Abang adik saling berebutan harta warisan, sesama sahabat saling
bersaing dan bermusuhan, perampok menghabisi nyawa orang lain, pejabat tamak
melanggar hukum, pejabat rendah berkhianat pada negaranya, semua ini karena
niat pikiran serakah! Karena itu, Dewa Taishang di dalam risalah ini terus
menerus menyadarkan manusia akan bahaya dari tamak pada harta kekayaan; namun
bukan berarti tidak boleh memiliki uang, uang boleh dimiliki sesuai dengan
kebutuhan, sementara besar kecilnya juga tidak ada jumlah yang pasti; bagi
orang yang miskin satu atau dua tael emas sudah merupakan jumlah yang tidak
sedikit! Tetapi bagi orang kaya, sepuluh ribu tael emas tidaklah banyak!
Bagi insan yang jujur dan bersih, yang seharusnya memperoleh seratus
tael malah hanya bisa mendapatkan sepuluh tael saja, namun dia juga tidak
merasa hanya mendapatkan sedikit; sedangkan orang yang tamak, yang seharusnya
hanya memperoleh seratus tael namun bisa mendapatkan seribu tael, dia juga
takkan merasa kebanyakkan; hanya insan yang hatinya seimbang dan adil,
berlapang hati atas jumlah yang seharusnya dia peroleh, dan ketika dia hendak
mengambil jumlah tersebut, juga takkan mengambil melebihi bagian yang dia
peroleh, ini adalah cara untuk mengambil bagian yang sedikit.
Lalu hati manusia selalu mengharapkan untuk memperoleh bagian yang lebih
banyak, ini juga merupakan tabiat manusia pada umumnya; tetapi bila dapat
menerima apa adanya, jangan berebutan, maka diri sendiri takkan menciptakan
karma buruk.
Harus diketahui bahwa asal usul datangnya harta kekayaan itu beragam,
ada banyak sebab dan kondisi yang berbeda-beda; kekayaan yang kita nikmati saat
ini sudah ada dalam garis hidup kita; lalu bagaimana bila kita sempat mengambil
kekayaan yang tidak ada dalam garis hidup kita, maka ini serupa dengan meneguk
arak beracun atau memakan daging busuk, apakah dengan demikian bisa terasa aman
dan mengenyangkan? Maka itu untuk amannya lebih baik kita menolaknya. Andaikata
kekayaan yang kita tolak itu ternyata adalah harta yang sudah ada di garis
hidup kita, maka rejeki yang telah kita tolak tetap akan kembali lagi melalui
tempat lainnya!
Menghadapi godaan harta kekayaan, haruslah sanggup melampauinya, jangan
begitu melihat uang maka langsung hilang kendali! Mungkin bagi orang kaya hal
ini masih sanggup dilampaui, namun bagi orang yang tidak punya, maka hal ini
akan terasa sulit dilaksanakan. Meskipun demikian sulit, namun asalkan giat
berusaha dan bersungguh-sungguh, sehingga Dewa dan Malaikat mengetahui akan
sebersit niatku yang berani menolak keserakahan itu, meskipun kehidupan
dilewati dengan susah payah, namun takkan menemui jalan buntu.
Dengan meyakini kebenaran ini dan mengamalkannya dengan pasti, maka
aturan mengambil bagian yang sedikit akan menjadi jalan menuju kaya!
集福消災之道
(二十九)
推多取少。
【解釋】
無論是兄弟分財產,或是朋友通錢財,都應該要推讓,把多的部份,分給兄弟或朋友,自己則拿取那少的部份,讓給別人便宜,自己甘願吃虧。
【分析】
兄弟之間,是骨肉天倫的關係,而財錢則是身外之物,更是應該要推讓啊!佛在遺教經說:「欲望多的人,因為他多貪求利益,所以他的痛苦和煩惱,也比旁人要來得多;欲望少的人,甚至他無所求,也沒有什麼貪欲,所以也就沒有這麼多的痛苦和煩惱了。一個人若是想要脫離各種的痛苦煩惱,應當要懂得知足;而知足的方法,也就是富貴安樂最安穩的所在啊!知足的人,雖然是臥在地上,也是非常的安心快樂;不知足的人,雖然是處在天堂裡,也是不稱心不快樂啊!」由此可知,人若是能夠在錢財上做到了推多取少,自然心地就平了;任何外在的境界,都不能夠擾亂他的心,所以他永遠知足常樂啊!
于鐵樵先生說:「錢財是天地的元氣。人生在這個世界上,沒有錢財,則不能夠生存下去,而且天下沒有不愛錢財的人,也沒有不用錢的日子啊!所以錢財為人生必然不可缺少的東西;但是每個人錢財的數目都是一定的,想要多一些,也是不可能的啊!然而每個人用錢的習性多不相同,而且各有所偏;例如揮霍的人,一擲就千金;吝嗇的人,一毛也不拔;廉潔的人,人在深夜送錢給他,他也會拒絕不接受;貪心霸道的人,甚至在光天化日之下,也敢公然的去搶去偷啊!要知道吝嗇的人,他的見識淺陋,一分一文錢都當作是寶貝;就像蜜蜂保護牠釀的蜜一樣,小孩保護他懷裡藏的餅一樣,一點也不肯分給別人。然而這尚且還是自己保有他分內所有的,只是令人討厭而已,而上天並不會因此而對他的鄙吝發怒;但是貪橫的人,則是想要得到他分內所沒有的錢財,並且還貪得無厭;就像是魚吞船、蛇吞象一樣的貪心啊!兄弟爭鬥,朋友爭仇,強盜殺人,貪官枉法,姦臣賣國,也全都是貪這個念頭所造成的啊!所以太上在本篇中一再的申述警戒貪財的禍患;然而教戒人不要妄取錢財,是對的;若是教人完全的不取錢財,那就必定不可以了;所以太上在此說出了「多少」兩個字,使人能夠隨分的斟酌,做為取財正確的方法。而數目的多少本來也沒有一定的準則;貧窮的人,一兩金子對他來說,並不少啊!有錢的人,一萬兩金子對他而言,也不多啊!廉潔的人,應當得到百錢而卻只得到十錢,他也不會覺得少;貪心的人,應該得到百錢而得到千錢,他也不會覺得多;惟有平心公道的人,度量自己應該得到的數目,而在取的時候,也不會超過他應得的分量,這就是取少的方法。然而人心總是患少希望多,這也是人之常情;但能夠隨緣,不要去競爭,自己自然就不會造惡了;若是一定要看到多的反而推卻,這樣豈不是違背了常情嗎?唉!要知道,錢財的到來,有很多不同的因緣;眼前可以取得的錢財,未必不是我命中所應有的;然而冥冥之中,我所有的定數,畢竟我沒有能力知道,也沒有辦法查考;萬一我拿到的不是我命中所有的錢財,那就像是拿了有毒的酒和腐敗的肉來吃一樣,能吃得安飽嗎?所以還不如把它們推卻掉來得穩當啊!如果推掉了不是我命中所有的錢財,固然可以免除了自己的過失;就是誤推了自己命中所有的錢財,那麼這些被誤推掉的錢財,必定會從其他的地方再回來啊!面對錢財,千萬要忍得過,不要見錢眼開就隨便啊!這在富貴的人做來,則是比較容易,而在貧窮的人做來,就顯得困難得多了。如果知道困難,而仍然努力認真的做到,使得鬼神鑒察到我這一點不敢茍且隨便的心,則雖然生活十分的貧窮困苦,但也不至於會有活不下去的情形發生。這些道理要能夠信得真,守的定,那麼取少之道,也就是致富之道了啊!」
節錄自:
集福消災之道—感應篇彙編白話節本(卷二)