Risalah Balasan
Dan Ganjaran Setimpal
Bagian 27 ~ Cerita
bù
|
zhāng
|
rén
|
duǎn
|
|
bù
|
xuàn
|
jǐ
|
cháng
|
|
不
|
彰
|
人
|
短
|
,
|
不
|
衒
|
己
|
長
|
。
|
Cerita 1 :
Pada Periode Semi dan Gugur, terdapatlah seorang
raja yang bernama Zhuang dari Negeri Chu (berkuasa dari 613-591 SM).
Pada suatu malam Raja Zhuang menjamu para pejabat tinggi, ditengah berlangsungnya
jamuan malam, tiba-tiba api lilin jadi padam; ada seorang pejabat yang sedang
mabuk, mempergunakan kesempatan di tengah kegelapan, menarik pakaian selir
kesayangan Raja Zhuang; selir tersebut menjadi panik dan menarik tali topi
kebesaran pejabat yang mabuk itu hingga putus, untuk dijadikan barang bukti;
bahkan mengadukan hal ini kepada Raja Zhuang, setelah mendengarnya, Raja Zhuang
berkata : “Tujuan dari Beta menyelenggarakan jamuan malam ini adalah untuk
menguji moral para pejabat yang sudah mabuk-mabukan; ternyata sekarang ada
seorang pejabat yang mabuk dan melakukan pelanggaran, andaikata sekarang saya
mengungkapkan keluar moralitas selir kesayanganku dan juga menyebarluaskan
pelanggaran yang dilakukan oleh pejabat yang mabuk tersebut, maka hal ini
merupakan tindakan yang takkan sudi beta lakukan!”
Maka itu Raja Zhuang menitahkan para pengawal untuk tidak menyalakan
kembali api lilin; bahkan juga menitahkan : “Seluruh tamu yang menghadiri
jamuan malam beta, jika tidak menarik tali topi sendiri hingga putus, maka ini
berarti anda tidak merasa gembira dan menikmati jamuan malam ini!”
Para pejabat yang mendengar titah Raja Zhuang, segera menarik tali topi
kebesaran masing-masing hingga putus, lalu bergembira menikmati jamuan malam
itu hingga akhirnya membubarkan diri.
Kemudian ketika Raja Zhuang sedang terlibat perang dengan Negeri Jin,
dia sempat dikerumuni dan dikepung oleh para prajurit Negeri Jin, pada saat
nyawanya berada di ujung tanduk, tiba-tiba Raja Zhuang melihat ada seorang
prajurit pemberani yang tanpa gentar menyerang para prajurit Negeri Jin, sehingga
berhasil menyelamatkan Raja Zhuang dari ancaman bahaya, setelah menanyakan jati
diri prajurit itu barulah diketahui bahwa prajurit pemberani ini ternyata
adalah pejabat yang mabuk dalam jamuan malam tersebut, yang tali topi
kebesarannya ditarik sampai putus oleh selir kesayangan raja.
Cerita 2 :
Ouyang Xiu (1007-1072, penulis dan sejarahwan
Dinasti Song Utara), karya tulisnya amat bagus, merupakan seorang penulis
tersohor sepanjang sejarah. Tetapi ketika berhadapan dengan tamunya, dia selalu
memperbincangkan tentang kondisi pemerintahan, malah tidak membahas tentang
karya tulis.
Sedangkan Cai Xiang (1012-1067, Ahli Kaligrafi
Dinasti Song), merupakan seorang yang amat memahami tentang politik, tetapi
ketika
berhadapan dengan tamunya, malah lebih banyak membahas tentang karya tulis dan
bukan membicarakan tentang politik.
Kedua tokoh ini merupakan insan yang menutupi
bakat ketrampilan yang dimiliki diri sendiri, mengembangkan kebajikan dan
moralitas diri, takkan menyebarluaskan kelebihan sendiri di hadapan orang lain,
sehingga dapat menikmati kejayaan nama baik di dalam perkembangan sejarah, bahkan
kedudukannya dalam pemerintahan juga dapat mencapai kedudukan yang tinggi dan
agung.
Cerita 3 :
Pada periode pemerintahan
Dinasti Tang terdapatlah empat insan terpelajar yang tersohor yaitu Lu Zhaolin,
Luo Binwang, Wang Bo, Yang Jiong, nama mereka berjaya oleh karena karya
tulisnya.
Pada waktu itu masyarakat
menganggap bahwa bakat ketrampilan yang dimiliki oleh keempat tokoh tersebut
sudah melampaui kemampuan manusia awam, apalagi usia keempat tokoh itu masih
muda, kelak bila dapat menduduki posisi di pemerintahan, pasti akan menjadi
pejabat yang tinggi dan mulia.
Tetapi Pei Xing-jian
malah menilai mereka dengan berkata meskipun keempat insan terpelajar tersebut
mempunyai karya tulis yang bagus, namun di dalam karya tulis mereka masih
tampak riak hatinya, masih suka membanggakan dan menonjolkan bakat sendiri, ini
bukan dasar untuk menikmati usia panjang! Sedangkan Yang Jiong, hatinya lebih
hening, bila dapat meninggal dengan damai, maka dia sudah amat beruntung.
Akhirnya nasib keempat
tokoh tersebut ternyata benar sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Pei
Xing-jian. Lu Zhaolin, Luo Binwang, Wang Bo, tiga orang ini berusia pendek, hanya
Yang Jiong hidup sedikit lebih lama.
Kesimpulan
Dari kisah nyata ini
dapat dilihat bahwa daripada memiliki karya tulis yang bagus lebih baik menitikberatkan
pada pengamalannya. Membanggakan bakat atau kelebihan yang dimiliki sendiri
bukanlah sikap seorang insan mulia! Apalagi orang jaman kini selalu menjunjung
tinggi kalimat “Patut dibanggakan”, sehingga membudaya di kalangan masyarakat,
bahkan mereka tidak merasa bahwa hal ini adalah salah, harus diketahui bahwa
keangkuhan akan mengundang kerugian, sedangkan rendah hati akan mendatangkan
manfaat, hanya mereka yang rendah hati yang akan menikmati pahala!
集福消災之道
(二十七)
不彰人短,不衒己長。
故事一:
春秋時代的楚莊王,有一天晚上邀宴群臣,宴會進行到一半,蠟燭突然熄滅了;有位臣子喝醉了,就趁著黑暗,拉了一下莊王愛妾的衣服,趁機吃豆腐;莊王的愛妾,立即就把這位臣子的帽帶拉斷做為証據;並且向楚莊王報告,莊王聽了之後就說:「我賜宴群臣的目的,就是希望臣子們都能夠喝的盡興;現在有人喝醉了,犯了過失,如果要我突顯愛妾的節操,而彰顯了臣子的過失,這種的事情,我是絕對不會去做的啊!」於是莊王就命令左右的侍者,不准點火;並且傳話:「與寡人飲宴,若是不把自己的帽帶拉斷,就表示你今天晚上沒有盡興啊!」群臣聽了楚莊王的話以後,全都把帽帶給拉斷了,也就盡歡而散了。後來楚莊王與晉國軍隊作戰的時候,被晉軍團團的圍困住,戰況激烈,十分的危急;這時候,莊王看見一個勇士毫不怕死,拼命的向前和晉軍作戰,因此而解除了莊王被困的危機;楚莊王一問之下,才知道這位勇士,就是那天夜裡喝醉之後,被自己的愛妾拉斷帽帶的那位臣子蔣雄啊!
【嘉言】
張拱辰先生說:「毋輕棄人之善,毋輕信人之言;毋輕快人之意,毋輕談人之短。」這些都是忠厚自持的方法,而彰顯別人的短處,尤其是刻薄奸險的根本。
故事二:
宋朝的歐陽修,文章寫得非常好,是歷史上有名的大文學家,可是他對待客人,總是多談朝廷施政的事情,而不談及文章。而蔡襄則精通政事,但是蔡襄對待客人,也是多談文章,而不談及政事。這兩位先生都是非常的善於韜光養晦,不會在別人的面前,衒耀自己的長處,所以在歷史上都能夠享有盛名,而且官也做到了極其顯貴的地位。
故事三:
唐朝永淳年間,盧照鄰、駱賓王、王勃、楊炯,這四位名士,也就是歷史上有名的唐初四傑,這四個人都是以文章而享有盛名。當時的人們都認為他們四個人的才華蓋世,而且年紀又輕,將來從政做官,一定可以做到非常顯貴的地位。可是裴行儉見到了他們四個人卻說:「讀書人以後能不能夠發達久遠,鴻圖大展;應該是先要看他有沒有寬宏的器識,其次才是他的文章啊!王勃他們四個人,文章雖然好,但是多顯得浮躁淺薄,喜歡炫耀自己的才華,這不是享有爵祿福報的根器啊!楊炯這個人還稍微顯得沈靜收斂一些,他能夠善終,就算是十分的幸運了啊!」後來這四個人的命運,果然如裴行儉所說的一樣。盧照鄰、王勃、駱賓王三個人都是早死,只有楊炯活的比較久些。
【結語】
所以從這些事實可以看出,才能不如學術,氣節不如德量,文章不如行誼。從前的人,早就把這種道理說的很清楚了,所以衒耀自己的長處,是君子所不為的啊!尤其是現代人,常常把「值得驕傲」這句話掛在嘴邊,大家聽了也習以為常,並且不認為是錯的;要知道滿招損謙受益,惟有謙虛的人,才能夠真正的享有福報啊!
節錄自:
集福消災之道—感應篇彙編白話節本(卷二)