Risalah Balasan
Dan Ganjaran Setimpal
Bagian 31 ~ Cerita
shòu
|
chǒng
|
ruò
|
jīng
|
|
受
|
寵
|
若
|
驚
|
。
|
Cerita 1 :
Kaisar Zhou Cheng menyerahkan Negara Lu kepada
putra Zhou Gong yakni Bo Qin. Zhou Gong memberi peringatan kepada Bo Qin : “Putraku!
Yang Mulia menganugerahkan Negara Lu kepadamu, tetapi janganlah karena hal ini
lantas kamu menjadi angkuh! Saya dengar bahwa insan yang memiliki moralitas
besar dan luas, yang dapat menaati prinsip menghormati, maka dia pasti dapat
mempertahankan kemuliaannya untuk jangka panjang; tanah yang ditebari benih
tanaman akan memberikan panen berlimpah dan insan yang tahu berhemat, maka dia
pasti dapat selamat; orang yang sedang menduduki posisi tinggi dan memegang
kekuasaan besar, namun dapat mempertahankan sikap rendah hati, maka dia pasti
dapat memiliki kemuliaan.
Penduduk sebuah negara yang memiliki ketrampilan
bela diri dan kokoh, namun dapat mengendalikan keinginan untuk menguasai negara
lainnya, maka negara ini pasti bisa berjaya. Bila ada insan yang memiliki
kepintaran dan kebijaksanaan yang tinggi, tetapi tidak menonjolkan
kepintarannya, maka dia pasti akan memperoleh manfaat.
Insan yang berpengetahuan luas yang dapat
mengendalikan diri dan tidak menonjolkan pengetahuannya, maka meskipun
pengetahuan yang dimilikinya hanya dangkal saja, tetapi sesungguhnya
pengetahuannya barulah benar-benar luas dan tebal! Ini merupakan kebajikan dari
kerendahan hati; harus diketahui bahwa kesombongan akan mendatangkan kerugian,
sedangkan insan yang rendah hati akan memperoleh manfaat. Segala bentuk
keangkuhan haruslah diubah, jangan biarkan kesombongan itu berkembang;
sebaliknya kerendahan hati haruslah senantiasa dilembabkan agar tidak layu,
ibarat tempat yang rendah, ketika aliran air melewatinya pasti dapat mengisi
kekurangannya; dan bagi setiap manusia tentunya akan membenci orang yang angkuh
dan menyukai insan yang rendah hati! Janganlah pernah menganggap bahwa dengan
memperoleh anugerah Negara Lu maka merasa angkuh!”
Seorang pelajar yang bila dapat merenungkan secara
mendalam ajaran Zhou Gong kepada Bo Qin, maka hawa kesombongan yang ada di
dalam hati sendiri, juga takkan berdaya untuk muncul! Saat berjaya juga akan
senantiasa memiliki rasa takut dan mawas diri!
Cerita 2 :
Cen Wen-ben dari Dinasti Tang, ketika pihak
kekaisaran mengumumkan dirinya memperoleh jabatan di pemerintahan, beliau bukan
saja tidak merasa gembira, bahkan raut mukanya menampakkan kekhawatiran,
melihat hal ini ibundanya bertanya : “Kekaisaran menempatkan dirimu pada posisi
yang penting, kenapa kamu malah tampak tidak gembira?”
Wenben menjawab : “Saya bukan pejabat pemerintah
yang sudah senior dan banyak berjasa, juga bukan sanak keluarga kaisar maupun
sanak saudara bangsawan, tetapi malah memperoleh anugerah dari kekaisaran,
bahkan ditempatkan pada posisi jabatan yang tinggi, memikul tanggung jawab yang
amat berat, maka itu mengapa saya merasa risau dan takut!”
Cen Wen-ben berkata pada para tamu yang berdatangan
mengucapkan selamat pada dirinya : “Hari ini saya hanya menerima ucapan berduka
dari kalian, dan tidak menerima ucapan selamat!”
Cerita 3 :
Sima Guang dari Dinasti Song menulis surat kepada
keponakannya, di dalam isi surat ada kutipan : “Belakangan ini saya menerima
budi dari kaisar, mengangkatku menjadi pembantu menteri, pejabat istana lainnya
yang merasa iri hati padaku jumlahnya tidaklah sedikit! Dan saya memperlakukan
mereka dengan sikap lugu dan jujur; ibarat sehelai daun yang berguguran
melayang dalam terpaan angin, jika ingin tidak terjatuh adalah hal yang sangat
sulit! Maka itu sejak menerima tanggung jawab ini, hanya ada rasa takut dan
tidak ada perasaan sukacita, kalian seharusnya dapat memahami maksudku!”
Cerita 4 :
Lu Duo-xun dari Dinasti Song, tidak lama setelah
dia menduduki jabatan di pemerintahan, pakaian yang dia kenakan dan gaya
hidupnya semakin lama semakin mewah. Melihat hal ini, ayah Lu Duo-xun dengan
raut wajah yang risau menasehati putranya : “Setiap generasi keluarga kita
merupakan budayawan, selama ini melewati kehidupan yang sederhana dan berhemat,
hari ini kamu dalam sekejab sudah makmur, kehidupan jadi begitu mewah dan
mubazir, sejak awal sudah melupakan bagaimana kondisi keluarga kita melewati
hari demi hari”.
Lu Duo-xun tidak menaruh perkataan sang ayah di
dalam hati, masih juga melewati hari-harinya dalam kemewahan dan mubazir,
akhirnya dia menemui kegagalan.
集福消災之道
(三十一)
受寵若驚。
故事一:
周成王把魯國封給了周公的兒子伯禽。周公就告誡伯禽說:「兒子呀!聖上把魯國封給你,你千萬不可因此而驕傲啊!我聽說,德行廣大能夠謹守著恭敬的人,他就一定能夠長久的保持著他的榮耀;土地廣博物產豐厚而能夠謹守著節儉的人,他就一定能夠平安;居高位握有大權的人,而能夠謹守著謙卑,他就一定能夠高貴。一個國家的人民多武力強,而能夠謹守著敬畏不去侵犯他國,這個國家就一定能夠勝利。具有高度聰明智慧的人,而能夠謹守著大智若愚的教訓,他就一定能夠得到大益。博學多聞而能夠謹守著自己的學問仍然是很淺薄的人,那麼他的學問才是真正的廣博啊!這就是所謂的六守,也都是謙德;要知道天的道理,不論什麼,凡是驕傲自滿的,就要使他虧損,而謙虛的就讓他得到益處。地的道理,不論什麼,凡是驕傲自滿的,也要使他改變,不能讓他永遠滿足;而謙虛的則要使他滋潤不枯,就像低的地方,流水經過,必定會充滿了他的缺陷;而人的道理,都是厭惡驕傲自滿的人,而喜歡謙虛的人啊!你千萬要記住,不要以為受封了魯國,就感到驕傲啊!」學者若是能夠深深的體會周公對伯禽的教訓,那麼自己心中的驕慢之氣,也就無從生起了啊!若是受到了榮寵,自然也就會有受寵若驚的感受和想法了啊!
故事二:
唐朝的岑文本,在朝廷發表他擔任中書令的職務時,他不但不高興,而且還面帶憂愁,他的母親看見了就問他說:「朝廷重用你,你怎麼不高興呢?」文本回答說:「我既不是朝廷的元老功臣,也不是皇親國戚,今天卻是濫叨了朝廷的榮寵,而且中書令是個官位極高,責任很重的職位,所以我才感到憂愁畏懼啊!」岑文本對前來向他道賀的客人說:「我今天只接受你們的弔唁,而不接受你們的道賀啊!」
故事三:
宋朝的司馬光在寫給他姪子的信中說道:「近日我承蒙聖上的恩典,任命我為門下侍郎,滿朝文武官員忌妒我的為數不少啊!而我只是以愚魯正直的態度和他們相處;我就像是一片黃葉在狂烈的風中飄盪,要想不掉下來都很困難啊!所以我自從受命以來,只有恐懼而無喜悅,你們應當知道我的用意啊!」
故事四:
宋朝的盧多遜,在他擔任參政的官位不久之後,他穿著的服飾和生活的享用,卻是逐漸的愈來愈奢侈了。盧多遜的父親看到了,就面帶憂愁對他說:「我們家世代書香,向來都是過著樸實節儉的生活,你今天一下子富貴了,生活竟然變的如此的奢華浪費,早就忘記當初咱們家過的是什麼樣的日子了。」盧多遜並沒有把他父親的話放在心上,依然是過著奢侈浪費的生活,後來竟然出事而失敗了。
節錄自:
集福消災之道—感應篇彙編白話節本(卷二)